KONSULTASI
Logo

Porsi Ekspor Sawit Akan Menurun Seiring Peningkatan Penggunaan Domestik

24 November 2025
AuthorHendrik Khoirul
EditorDwi Fatimah
Porsi Ekspor Sawit Akan Menurun Seiring Peningkatan Penggunaan Domestik
HOT NEWS

sawitsetara.co – JAKARTA – Industri minyak sawit Indonesia diperkirakan akan mengalami perubahan signifikan dalam beberapa tahun mendatang. Myrdal Gunarto, Global Market Economist Maybank Indonesia, mengemukakan bahwa meskipun sawit tetap menjadi penopang ekspor, porsi ekspor akan menurun seiring dengan peningkatan penggunaan domestik.

“Jika utilisasi domestik terus meningkat, maka porsi ekspor sawit ke depan kemungkinan akan mengalami penurunan,” ujarnya kepada Bisnis pada Kamis (20/11/2025).

Pasar global untuk sawit menunjukkan stabilitas, dengan permintaan dari Uni Eropa yang meningkat setelah kesepakatan dagang dan permintaan yang konsisten dari kawasan ASEAN, India, Pakistan, dan Amerika Serikat.

Namun, peningkatan signifikan terjadi pada permintaan domestik, terutama untuk kebutuhan energi dalam negeri, seperti campuran bahan bakar B40. Kebutuhan dalam negeri untuk program biofuel memberikan penyerapan besar yang mengurangi ketergantungan pada pasar luar negeri.

Sawit Setara Default Ad Banner

Dari sisi harga, tren cenderung melemah tanpa potensi kenaikan drastis dalam waktu dekat. Hal ini dipengaruhi oleh keseimbangan antara pasokan dan permintaan serta arah kebijakan energi nasional.

Meskipun peluang untuk meningkatkan kapasitas produksi sawit tetap terbuka, ekspansi lahan baru menghadapi tantangan besar terkait isu lingkungan dan keterbatasan lahan.

“Ini buah simalakama. Di satu sisi produksi ingin ditingkatkan, tapi di sisi lain isu lingkungan dan keterbatasan lahan menuntut industri berhati-hati,” kata Myrdal.

Oleh karena itu, optimalisasi lahan yang sudah ada menjadi strategi yang lebih realistis dan berkelanjutan.

Sebelumnya, Ketua Umum DPP APKASINDO Dr. Gulat Medali Emas Manurung, MP., C.IMA., C.APO, menegaskan program biodiesel 50% (B50) yang mengintegrasikan minyak sawit dengan solar fosil merupakan peluang bagi industri sawit Indonesia. Namun, ia menekankan bahwa tantangan utama terletak pada ketersediaan minyak sawit mentah (CPO) sebagai bahan baku.

Sawit Setara Default Ad Banner

“Jadi itu yang selalu kami sampaikan, mandatori B50 itu peluang bukan ancaman. Peluang jika sektor hulu bisa kita pacu untuk bisa menyeimbangi sektor hilir, yakni melalui ketersediaan CPO di Indonesia,” ujar Dr. Gulat dalam acara Market Review di IDX Channel pada Jumat malam (14/11/2025).

Dr. Gulat menyoroti perbedaan signifikan dalam produksi CPO antara Indonesia dan Malaysia. Meskipun Indonesia memiliki luas lahan sawit yang jauh lebih besar, produksi CPO Indonesia masih tertinggal. Malaysia, dengan luas lahan yang lebih kecil, diproyeksikan mampu menghasilkan 20 juta ton CPO pada tahun 2025. Sementara itu, Indonesia, dengan luas lahan 16,38 juta hektar, hanya mampu menghasilkan 46 juta ton CPO per tahun.

“Luas lahan kita tiga kali lebih luas dari Malaysia, tetapi produksi CPO-nya hanya Cuma beda setengah, artinya masalah produktivitas,” jelas Dr. Gulat.

Masalah utama dalam produktivitas CPO Indonesia terletak pada perkebunan sawit rakyat, yang menyumbang 85% dari permasalahan tersebut. Dr. Gulat mengusulkan solusi melalui penanaman ulang atau replantingmelalui program peremajaan sawit rakyat (PSR) atau PSR Mandiri. Program ini, yang telah terbukti meningkatkan rendemen CPO, didanai oleh BPDP-KS, bukan dari APBN.

Sawit Setara Default Ad Banner

“Tidak ada cara lain untuk meraih peluang ini, hanya dengan PSR dan ‘berdamai’ dengan sebutan kawasan hutan yang sudah tidak berhutan,” tegas Dr. Gulat.

Dr. Gulat juga mengkritik persyaratan yang ditetapkan pemerintah yang dianggap terlalu sulit. Ia menekankan bahwa permasalahan utama hanya ada di sektor hulu. Untuk mengatasi hal ini, APKASINDO mengusulkan pembentukan Badan Otoritas Sawit (BoSI) yang langsung berada di bawah Presiden. Hal ini bertujuan untuk menyederhanakan koordinasi yang saat ini melibatkan banyak kementerian dan lembaga.

“Bila kita sepakat akan tantangan tersebut dan Strategi meraih peluang, maka kami Petani Sawit usulkan segera dirikan Badan Otoritas Sawit (BoSI) yang langsung dibawah Presiden, sehingga tidak seperti sekarang ada 37 Kementerian dan Lembaga yang kroyokan urusi sawit, akibatnya ya seperti sekarang ini,” pungkas Dr. Gulat.


Berita Sebelumnya
Majalah Sawit Indonesia Bersama Jurnalis Belajar Mengolah Jelantah Jadi Sabun dan Lilin Aromaterapi

Majalah Sawit Indonesia Bersama Jurnalis Belajar Mengolah Jelantah Jadi Sabun dan Lilin Aromaterapi

Owner UMKM Berkah Kita, Apriani Ika Kurniawati menuturkan bahwa usahanya mampu menghasilkan lilin aromatik, sabun cair, dan sabun mandi batangan berbahan dasar minyak goreng jelantah.

23 November 2025 | Edukasi

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *