sawitsetara.co – JAKARTA – Diberbagai kesempatan Presiden Prabowo Subianto selalu mengaskan untuk mendorong hilirisasi, termasuk kelapa sawit. Atas dasar itulah Kementerian Pertanian (Kementan) juga mendorong hiirisasi termasuk pada sektor perkebunan, dalam hal ini kelapa sawit.
Hilirisasi kelapa sawi dilakukan untuk meningkatkan nilai tambah dengan mengolah hasil dari minyak sawit dan bagian lain dari tanaman sawit menjadi produk turunan yang lebih bernilai jual tinggi, bukan hanya mengekspor dalam bentuk mentah (CPO). Tujuannya adalah menciptakan produk pangan, oleokimia (sabun, kosmetik), bioenergi (biodiesel), dan biomassa (pakan ternak) untuk meningkatkan perekonomian, mengurangi ketergantungan impor, serta mengoptimalkan seluruh potensi tanaman.
Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman pun menegaskan pentingnya hilirisasi sektor pertanian sebagai strategi mendorong pertumbuhan ekspor, meningkatkan kesejahteraan petani, memperkuat ekonomi lokal dan membuka lapangan kerja baru.
Selama ini Indonesia cenderung mengekspor komoditas mentah yang kemudian diolah negara lain sehingga menghasilkan nilai tambah berlipat. Menurutnya, kini saatnya Indonesia memimpin hilirisasi komoditas sendiri.
"Kita dorong hilirisasi untuk meningkatkan nilai tambah ekspor. Selama ini, kita ekspor komoditas dan diolah negara lain, lalu mereka mengekspor dengan nilai puluhan kali lipat. Kini saatnya Indonesia memimpin hilirisasi komoditasnya sendiri,” kata Mentan Amran.
Jumlah produk turunan kelapa sawit sangat banyak dan terus berkembang,yakni ada 193 jenis pada tahun 2023 dan ada indikasi peningkatan menjadi sekitar 200 jenis pada tahun 2024.
Mentan Amran juga mengungkapkan bahwa pemerintah telah menyiapkan skema investasi sebesar Rp371,6 triliun untuk memperkuat program hilirisasi pertanian, sekaligus mendukung ketahanan pangan nasional dan meningkatkan daya saing Indonesia di tingkat global.
Kebutuhan anggaran besar itu akan dipenuhi melalui kombinasi pembiayaan dari kredit usaha rakyat untuk petani, badan usaha milik negara, serta keterlibatan sektor swasta dalam skema pembiayaan bersama.
Rincian investasi Rp371,6 triliun tersebut terdiri dari dana KUR Rp189,462 triliun atau 51 persen, swasta Rp92,966 triliun atau 25 persen, serta BUMN Rp89,172 triliun atau 24%.
Adapun sejumlah komoditas perkebunan yang akan dihilirisasi oleh Kementerian Pertanian antara lain kelapa dalam, kakao, mete, kopi, tebu, kelapa sawit, lada/pala, dan ubi kayu.
Sektor pertanian terus menunjukkan kinerja positif. Tidak hanya produksi, ekspor komoditas pertanian juga menunjukkan pertumbuhan.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekspor dari sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan tumbuh signifikan sebesar 38,25 persen pada Januari-Agustus 2025 dengan nilai sebesar USD4,57 miliar dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar USD3,30 miliar.
Jika dibandingkan bulan Agustus tahun sebelumnya, nilai ekspor sektor pertanian mengalami kenaikan. Pada Agustus 2025, nilai ekspor sektor pertanian mencapai USD0,6 miliar, naik sebesar 10,98% dibandingkan Agustus 2024 yang sebesarUSD 0,54 miliar.
Seperti diketahui baerdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS) nilai ekspor Indonesia sebesar USD24,96 miliar pada Agustus 2025, naik 5,78% dibandingkan Agustus 2024. Secara month-to-month, nilai ekspor ini lebih tinggi dari bulan Juli sebesar USD24,75 miliar.
Selain pertumbuhan ekspor, sektor pertanian juga mencatatkan lonjakan signifikan pada produksi beras nasional. BPS memperkirakan produksi beras Januari-November 2025 mencapai 33,19 juta ton, naik 12,62 persen dibandingkan periode yang sama di tahun 2024.
Sedangkan ekspor produk kelapa sawit Indonesia tahun 2024 mencapai nilai Rp440 triliun, yang lebih rendah 8,44% dari tahun 2023, dengan total volume penurunan sebesar 2,68 juta ton menjadi 29,5 juta ton.
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *