sawitsetara.co – JAKARTA – Koperasi Desa dan Kelurahan Merah Putih (KDMP) yang diinisiasi oleh Presiden Prabowo Subianto, kini mendapatkan angin segar dengan peluang untuk mengelola sektor pertambangan, serta berpotensi mengembangkan bisnis di perkebunan sawit.
Pengamat Koperasi dan Ketua Asosiasi Kader Sosio-Ekonomi Strategis (AKSES), Suroto, menjelaskan bahwa koperasi memiliki potensi besar di berbagai sektor bisnis. Ia mencontohkan, di Amerika Serikat koperasi bahkan sejak 1920-an sudah melakukan bisnis high risk management seperti refinary.
“Ini juga bukan hanya Koperasi Desa tapi bagi koperasi lainnya yang memang memiliki kemampuan manajemen dan modal,” katanya kepada Kontan.co.id, Senin (27/10/2025).
Perbedaan mendasar antara koperasi dan korporasi terletak pada motivasi dan tujuan. Korporasi berorientasi pada profit bagi pemegang saham, sementara koperasi bertujuan memberikan manfaat bagi seluruh pemangku kepentingan, termasuk anggota masyarakat.
Menurut Suroto, pemberian kesempatan bagi koperasi di sektor tambang harus memiliki tujuan moral untuk memperbaiki praktik pertambangan yang selama ini kerap merugikan lingkungan dan masyarakat sekitar.
“Dalam konteks ini, kehadiran koperasi di bisnis tambang adalah harus bertujuan untuk menghindari bad mining atau penambangan basis korporasi yang hanya pedulikan keuntungan bagi investor dan abaikan kepentingan masyarakat sekitar,” kata dia.
Pemerintah telah secara resmi membuka pintu bagi koperasi untuk mengelola tambang mineral dan batubara, sebagaimana tercantum dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 39 Tahun 2025.
“Dengan terbitnya PP tersebut, koperasi sudah bisa menggarap dan mengelola sektor pertambangan seperti mineral dan batubara,” kata Menteri Koperasi, Ferry Juliantono .
Selain pertambangan, KDMP juga berpeluang mengelola kebun sawit hasil sitaan negara. Ahmad Zabadi, Sekretaris Kementerian Koperasi (Seskemenkop), mengonfirmasi rencana tersebut dan menyatakan bahwa pihaknya sedang membahas aspek teknis dengan Agrinas Palma.
KDMP berencana menjadi plasma dari kebun sawit sitaan yang dikelola oleh Agrinas Palma. “Jadi pendekatan inti plasma seperti yang sudah berjalan. Tetapi dengan pengelolaan teknis kita sedang melakukan pembicaraan dengan Agrinas Palma,” kata Ahmad .
KDMP memilih pendekatan plasma karena industri sawit membutuhkan investasi besar dan kemitraan dengan korporasi besar. Ahmad juga menambahkan bahwa kemungkinan kebun sawit tersebut dijadikan jaminan kredit sedang dibahas, namun detailnya masih dalam tahap diskusi.
“Kita belum tahu, nanti akan dibicarakan dengan Agrinas Palma dan stakeholder yang lain,” jelasnya.


Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *