KONSULTASI
Logo

Waspada! Ganoderma ‘Silent Killer’ Ancam Produksi Sawit Indonesia dan Malaysia hingga 60%

24 September 2025
AuthorTim Redaksi
EditorEditor
Waspada! Ganoderma ‘Silent Killer’ Ancam Produksi Sawit Indonesia dan Malaysia hingga 60%

sawitsetara.co - Industri kelapa sawit di Indonesia dan Malaysia tengah menghadapi ancaman serius dari penyakit Ganoderma boninense, penyebab utama busuk pangkal batang (basal stem rot) yang dapat memangkas produksi hingga 60% per hektare.


Jamur mematikan ini menyerang pangkal batang hingga merusak jaringan dalam tanaman sawit, menyebabkan penurunan drastis produksi tandan buah segar (TBS) bahkan hingga kematian pohon.


Menurut data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) dan Malaysian Palm Oil Board (MPOB), infeksi Ganoderma telah menjangkiti lebih dari 199.000 hektare lahan sawit di Malaysia atau setara dengan 13,7% dari total area yang disurvei. Wilayah seperti Johor, Sabah, Sarawak, Perak, dan Negeri Sembilan menjadi zona merah penyebaran.


Di Indonesia, kondisinya tak kalah mengkhawatirkan. Sumatera mencatat tingkat infeksi tertinggi, mencapai 39–52%, disusul Kalimantan (19%), Jawa (30%), Sulawesi (10%), dan Maluku–Papua (9%).


Penelitian Patterson (2020) bahkan memperingatkan, tanpa intervensi serius, pada tahun 2075 jumlah lahan sawit terinfeksi bisa melampaui lahan sehat.

“Ganoderma adalah ancaman terbesar kedua setelah kekurangan tenaga kerja. Infeksi sebesar 14% saja bisa menurunkan produksi TBS hingga 60%,” tegas M.R. Chandran, Chairman IRGA.


Infeksi Ganoderma tak hanya menggerogoti hasil panen, tapi juga memangkas usia produktif pohon sawit hingga setengahnya. Dalam satu siklus tanam 25 tahun, kerugian akibat penyakit ini bisa mencapai 20% produksi di wilayah terdampak berat.


Yang lebih mencemaskan, jamur ini sulit terdeteksi secara kasat mata pada tahap awal, sehingga dijuluki “silent killer” oleh para akademisi dan peneliti.


Untuk memerangi ancaman ini, para peneliti di Indonesia mengembangkan teknologi deteksi dini Ganoderma yang didukung oleh BPDP dan lembaga riset nasional. Beberapa inovasi terbaru antara lain:


  • eNose-G (Widiastuti dkk., 2020–2022)
  • Sensor penciuman elektronik generasi ketiga yang mampu mendeteksi infeksi ganoderma sejak dini dengan akurasi lebih dari 80%.
  • Perangkat Deteksi Molekuler Portabel
  • (Whulanza dkk., 2022–2023)
  • Alat praktis berbasis miniaturisasi untuk uji lapangan secara langsung.
  • Radar Self Injection Locked (SIL) (Arif dkk., 2024)
  • Teknologi radar untuk mendeteksi perubahan fisik awal pohon sawit akibat infeksi.
  • IFOVIB-G (Shovitri dkk., 2024)
  • Robot pintar berbasis foton dan getaran untuk deteksi ganoderma secara presisi tinggi.

“Kolaborasi keempat teknologi ini sangat potensial untuk menghasilkan metode deteksi yang efisien dan akurat,” terang PASPI (2025) dalam jurnal “Innovations to Control Ganoderma in Oil Palm Plantations”.


Serangan Ganoderma kini tidak hanya menyerang perkebunan besar milik swasta dan BUMN (PTPN), tapi juga telah menyebar ke kebun rakyat dan pembibitan. Artinya, upaya pengendalian tak bisa hanya mengandalkan satu pihak.


Diperlukan sinergi antara pemerintah, industri, lembaga riset, dan petani untuk menangkal penyebaran penyakit ini demi menjaga keberlanjutan industri sawit yang menjadi tulang punggung ekonomi, energi, dan pangan nasional.



Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *