KONSULTASI
Logo

Sejarah Kelapa Sawit: Dari Hutan Afrika Barat hingga Menjadi Komoditas Besar di Indonesia

11 Desember 2025
AuthorDwi Fatimah
EditorDwi Fatimah
Sejarah Kelapa Sawit: Dari Hutan Afrika Barat hingga Menjadi Komoditas Besar di Indonesia
HOT NEWS

sawitsetara.co - Kelapa sawit kini menjadi salah satu komoditas strategis dunia, terutama di Indonesia yang menjadi produsen terbesar bersama Malaysia. Namun jauh sebelum sawit mendominasi lanskap ekonomi Asia Tenggara, tanaman ini sudah tumbuh subur di hutan-hutan Afrika Barat ribuan tahun lalu. Sejarah panjang kelapa sawit dimulai dari pemanfaatan tradisional di Afrika, berkembang menjadi komoditas perdagangan global, hingga akhirnya mengubah perekonomian Indonesia.

Kelapa sawit merupakan tanaman asli Afrika Barat. Ekspansi alaminya diperkirakan terjadi sekitar 2.500 tahun lalu, ditandai dengan musim kemarau panjang yang memberi ruang bagi tumbuhnya pohon sawit secara liar dan semi-liar. Pada masa ini, sawit berperan penting dalam migrasi manusia, pembentukan permukiman, dan awal perkembangan pertanian di kawasan tersebut.

Bukti arkeologis menunjukkan bahwa minyak sawit telah digunakan oleh masyarakat Afrika Barat sejak 5.000 tahun lalu. Pengolahannya dilakukan secara tradisional—proses berat yang sebagian besar dikerjakan oleh perempuan. Buah sawit direbus, disaring, dan diolah menjadi minyak merah, sementara bijinya dipecah untuk menghasilkan minyak bening kecokelatan.

Tidak hanya sebagai bahan makanan, minyak sawit juga dipakai untuk membuat sabun tradisional, bahan bangunan, bahan bakar lampu, hingga kebutuhan ritual. Nira dan pelepah sawit pun dimanfaatkan untuk minuman dan peralatan rumah tangga. Pemanfaatan ini menunjukkan hubungan budaya yang kuat antara masyarakat Afrika Barat dan tanaman sawit.

Sawit Setara Default Ad Banner

Lonjakan Perdagangan Sawit di Abad ke-19

Minyak sawit mulai dikenal di Eropa sejak abad ke-15, tetapi permintaan baru benar-benar meningkat pada awal abad ke-19. Setelah perdagangan budak dilarang pada 1807, pedagang dari Liverpool dan Bristol beralih ke minyak sawit sebagai komoditas utama. Mereka telah mengenal manfaat minyak sawit selama masa perdagangan budak, sehingga transisi ini berlangsung cepat.

Di Eropa, minyak hewani semakin sulit dipenuhi, sementara industri membutuhkan pelumas dan bahan baku murah untuk sabun, lilin, dan penerangan jalan. Minyak sawit kemudian menjadi solusi. Volume impor melonjak drastis, dari hanya 157 ton pada akhir 1790-an menjadi lebih dari 32.000 ton pada awal 1850-an.

Perdagangan ini berlangsung di wilayah Delta Niger, yang kemudian dijuluki Oil Rivers karena intensitas aktivitas ekonomi yang berpusat pada minyak sawit. Namun pada akhir abad ke-19, kekuatan kolonial seperti Inggris dan Prancis mulai menguasai Afrika Barat, menyebabkan banyak keuntungan berpindah ke perusahaan asing dan mengikis kedaulatan ekonomi masyarakat lokal.

Bangkitnya Perkebunan Sawit di Asia Tenggara

Tonggak besar dalam sejarah sawit terjadi pada awal abad ke-20, ketika perkebunan kelapa sawit modern mulai muncul di Asia Tenggara. Sistem perkebunan skala industri ini berkembang pesat di Malaysia dan Indonesia karena berbagai faktor:

• tanah tropis yang subur,

• iklim yang sesuai,

• teknologi perkebunan modern,

• serta investasi besar kolonial.

Sawit Setara Default Ad Banner

Model perkebunan modern menghasilkan produktivitas yang jauh lebih tinggi dibandingkan pola budidaya tradisional di Afrika Barat. Dalam beberapa dekade saja, pusat produksi minyak sawit dunia bergeser sepenuhnya ke Asia Tenggara.

Masuknya Kelapa Sawit ke Indonesia

Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan ke Indonesia pada akhir abad ke-19, tepatnya sekitar tahun 1848, ketika bibit sawit dari Afrika Barat dibawa ke Kebun Raya Bogor. Namun perkembangan industri sawit baru benar-benar dimulai pada awal 1900-an, saat pemerintah kolonial Belanda membuka perkebunan komersial pertama di Deli, Sumatera Utara, pada tahun 1911.

Perkebunan ini dikelola menggunakan sistem yang telah diterapkan pada perkebunan tembakau dan karet, sehingga pengembangannya berjalan sangat cepat. Dalam beberapa tahun, areal sawit di Sumatera terus bertambah. Sejak itu, sawit menjadi industri perkebunan penting, bahkan semakin berkembang setelah Indonesia merdeka.

Saat ini, Indonesia menjadi produsen minyak sawit terbesar di dunia, menguasai lebih dari 50% produksi global. Minyak sawit digunakan sebagai bahan makanan, kosmetik, energi, hingga industri kimia, menjadikannya komoditas strategis yang menopang jutaan petani.

Perjalanan panjang kelapa sawit dari hutan Afrika Barat hingga Indonesia menunjukkan bagaimana satu tanaman dapat memengaruhi budaya, perdagangan, dan perubahan ekonomi global. Dari pemanfaatan tradisional, ledakan perdagangan abad ke-19, kolonialisasi Afrika, hingga lahirnya perkebunan modern di Asia Tenggara, sawit kini menjadi komoditas yang sangat penting bagi Indonesia dan dunia.

Sawit Setara Default Ad Banner

Sejarah ini juga menjadi pengingat bahwa perkembangan sawit tidak hanya soal ekonomi, tetapi juga warisan budaya, perubahan sosial, dan tantangan lingkungan yang harus terus dikelola secara berkelanjutan.


Berita Sebelumnya
GAPKI Soroti Lambatnya PSR dan Dampak Kebijakan B50 terhadap Ekspor maupun Harga Minyak Goreng

GAPKI Soroti Lambatnya PSR dan Dampak Kebijakan B50 terhadap Ekspor maupun Harga Minyak Goreng

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Eddy Martono menyampaikan pandangannya terkait sejumlah isu krusial dalam industri kelapa sawit. Mulai dari lambatnya peremajaan sawit rakyat (PSR) hingga potensi dampak kebijakan B50 terhadap ekspor dan harga minyak goreng dalam negeri.

| Berita

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *