KONSULTASI
Logo

SEAFAST Center IPB Dorong Penguatan Ekosistem Usaha UMKM Sawit, Kembangkan Teknologi Murah

27 Oktober 2025
AuthorHendrik Khoirul
EditorDwi Fatimah
SEAFAST Center IPB Dorong Penguatan Ekosistem Usaha UMKM Sawit, Kembangkan Teknologi Murah
HOT NEWS

sawitsetara.co - JAKARTA - Pusat Studi SEAFAST Center IPB menginisiasi penguatan ekosistem usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) sawit, dengan tujuan menjadikan sektor ini sebagai penggerak ekonomi baru di daerah.

Direktur SEAFAST Center IPB, Puspo Edi Giriwono, menyoroti pentingnya pengembangan teknologi murah, seperti mesin produksi minyak sawit merah, sebagai kunci pemberdayaan.

Puspo menjelaskan bahwa teknologi pembuatan minyak sawit merah dapat diakses oleh UMKM dengan modal sekitar Rp150 juta.

“Kalau beli di Alibaba saja sudah bisa dapat mesin untuk menghasilkan minyak sawit merah,” ujarnya saat ditemui usai Workshop Jurnalis Promosi UKM sawit di Banten pada Minggu (26/10/2025).

Teknologi ini mudah diterapkan dan dapat menghasilkan berbagai produk turunan, mulai dari minyak makan hingga sabun dan bahan pangan bernilai tambah.


Hut apkasindo

Minyak sawit merah memiliki kandungan antioksidan tinggi dan terbukti efektif dalam penanganan gizi buruk.

“Minyak sawit merah ini memiliki kandungan antioksidan tinggi dan terbukti efektif dalam penanganan gizi buruk sebelum menjadi stunting,” kata Puspo.

Kajian SEAFAST IPB menunjukkan minyak sawit merah mampu membantu pemulihan anak dengan gizi buruk dalam waktu kurang dari delapan minggu, membuka peluang bagi UMKM untuk mengembangkan produk fungsional.

Tantangan utama pengembangan UMKM sawit di Indonesia adalah belum terbentuknya ekosistem yang kuat antara pelaku usaha, lembaga riset, investor, dan pasar. Puspo mencontohkan, di negara lain, UMKM tumbuh cepat berkat dukungan angel investor dan jaringan bisnis yang solid.


Hut apkasindo

“Di luar negeri, banyak angel investor yang bukan hanya menanam modal, tapi juga membina UMKM. Kalau di Indonesia, itu masih minim,” ujarnya.

Pengembangan UMKM sawit membutuhkan program yang berkelanjutan, bukan hanya penyaluran dana.

“Kalau sudah disediakan Rp200 triliun untuk pembiayaan, programnya harus jelas. Bukan hanya dikucurkan, lalu selesai,” tegasnya.

Keberhasilan UMKM sawit sangat bergantung pada kekuatan jaringan antaraktor di dalam ekosistem. Inkubator bisnis, seperti yang ada di IPB, telah berhasil menghasilkan produk turunan sawit.

Puspo mendorong pembangunan lebih banyak inkubator bisnis sawit di berbagai daerah. Kehadiran universitas, perusahaan besar, dan CSR korporasi dapat membantu menyiapkan fasilitas dan pendampingan bagi UMKM sawit di tingkat lokal. Tidak semua harus datang jauh-jauh ke IPB.


Hut apkasindo

“Setiap daerah sebaiknya memiliki inkubator sendiri, dengan standar pengelolaan jaringan yang baik,” ujarnya.

Dengan riset yang terus berkembang dan potensi produk turunan sawit yang semakin luas, Puspo meyakini bahwa UMKM sawit bisa menjadi sektor strategis dalam mendorong ekonomi nasional berbasis sumber daya lokal.


Berita Sebelumnya
Pemerintah Siap Mengkaji Penerapan B50

Pemerintah Siap Mengkaji Penerapan B50

Beberapa kalangan beranggapan bahwa penerpan program biodiesel 50% (B50) yang berbahan baku dari kelapa sawit memakan biaya yang cukup tinggi, menanggapi hal tersebut, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyatakan tengah mencari formulasinya bersama dengan Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) agar penerapan B50 nanti tidak memberikan biaya (cost) yang lebih besar.

25 Oktober 2025 | Berita

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *