KONSULTASI
Logo

Petani Sawit Musi Banyuasin Belajar Produksi Biochar dari Tandan Kosong, Alternatif Ramah Lingkungan dan Bernilai Ekonomis

26 September 2025
AuthorTim Redaksi
EditorEditor
Petani Sawit Musi Banyuasin Belajar Produksi Biochar dari Tandan Kosong, Alternatif Ramah Lingkungan dan Bernilai Ekonomis

sawitsetara.co - Sebanyak 110 petani sawit dari Asosiasi Petani Kelapa Sawit Perusahaan Inti Rakyat (Aspekpir) mengikuti pelatihan pembuatan biochar berbahan dasar tandan kosong kelapa sawit. Kegiatan edukatif dan inovatif ini berlangsung di Desa Bumi Kencana, Kecamatan Sungai Lilin, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, dengan dukungan penuh dari Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP).


Biochar, atau arang hayati, merupakan material kaya karbon yang dihasilkan melalui proses pirolisis pembakaran biomassa tanpa atau dengan oksigen terbatas pada suhu tinggi. Produk ini kian populer karena manfaatnya yang luas, mulai dari memperbaiki struktur tanah, meningkatkan retensi air dan hara, hingga menjadi solusi alternatif untuk mengurangi ketergantungan terhadap pupuk kimia.


Dalam sambutannya, Anwar Sadat, Senior Analis Divisi UKMK BPDP yang hadir mewakili Direktur Utama Eddy Abdurrachman, menegaskan pentingnya pelatihan ini dalam rangka mendorong kesejahteraan petani dan pertanian berkelanjutan.


"Kegiatan ini sejalan dengan mandat pendirian BPDP. Biochar sangat potensial untuk meningkatkan produktivitas kebun sawit sekaligus menekan biaya produksi karena bisa mengurangi penggunaan pupuk kimia yang harganya kian mahal," ungkap Anwar.


Lebih jauh, ia menyatakan bahwa biochar merupakan salah satu solusi konkret dalam menghadapi tuntutan keberlanjutan yang digaungkan pasar global, terutama Uni Eropa. "Dengan sifatnya yang mampu menyerap dan menyimpan karbon, biochar sangat ramah lingkungan. Ini menjadi langkah strategis menghadapi isu-isu lingkungan internasional," tambahnya.


Pelatihan dipandu langsung oleh dua narasumber berpengalaman Mirza Arif Zainal dari Yayasan Agathis Dammara Karbon dan praktisi lapangan Arif Firmansyah. Keduanya memberikan pemahaman teknis dan praktis tentang cara memproduksi biochar secara mandiri, dengan memanfaatkan limbah tandan kosong kelapa sawit yang sangat melimpah di wilayah tersebut.


Mirza menjelaskan bahwa proses pembuatan biochar membutuhkan suhu di atas 250 derajat Celcius dalam kondisi terbatas oksigen, yang bisa berlangsung selama dua jam atau lebih tergantung jenis biomassa.

Sementara itu, Arif menekankan nilai ekonomis biochar yang terus meningkat dalam lima tahun terakhir.


"Biochar tidak hanya bermanfaat bagi lahan pertanian. Produk ini juga mulai banyak dicari oleh rumah tangga, komunitas, hingga perusahaan besar. Petani sawit punya peluang besar untuk menjadikan biochar sebagai produk unggulan," jelasnya.


Kegiatan di Musi Banyuasin ini merupakan bagian dari rangkaian pelatihan yang telah lebih dulu dilaksanakan di Kabupaten Kampar, Rokan Hulu, dan Pelalawan, Riau.


Ketua Umum Aspekpir, Setiyono, menyampaikan apresiasi atas dukungan BPDP dan antusiasme petani. "Kami berharap para petani anggota Aspekpir dapat memproduksi biochar secara mandiri dan menjadikannya sebagai solusi pupuk alternatif. Bahan baku sangat melimpah, tinggal bagaimana kita memanfaatkannya dengan bijak dan tepat," katanya.


Ia juga menyampaikan terima kasih kepada BPDP atas kerja sama yang terus terjalin dalam mendukung petani sawit Indonesia.

Dukungan Pemerintah Daerah dan Potensi Masa Depan


Pelaksana Tugas Camat Sungai Lilin, Irfan Apriadi, turut hadir dan menyatakan dukungannya terhadap inovasi ini. Ia mendorong para petani untuk menyerap ilmu sebanyak-banyaknya dari pelatihan tersebut.


"Ini adalah inovasi yang sangat relevan. Jika diterapkan dengan baik, biochar bisa menjadi kunci peningkatan produktivitas kebun sawit kita," ujarnya.


Dengan tingginya permintaan pasar global terhadap produk pertanian yang ramah lingkungan, penggunaan biochar menjadi solusi lokal yang menjanjikan. Selain menekan biaya produksi dan memperbaiki kesuburan tanah, biochar juga berperan dalam mitigasi perubahan iklim.


Kegiatan ini menjadi bukti bahwa petani sawit Indonesia, khususnya di bawah naungan Aspekpir, semakin siap untuk menjawab tantangan keberlanjutan dan pasar global yang kian selektif.


Berita Sebelumnya
Koperasi Merah Putih Jadi Pengepul Sawit, Gubernur Sumut Beri Apresiasi

Koperasi Merah Putih Jadi Pengepul Sawit, Gubernur Sumut Beri Apresiasi

sawitsetara.co – MEDAN – Koperasi Merah Putih (KMP) di Desa/Kelurahan Kelapa Sebatang, Kabupaten Lab

25 September 2025 | Edukasi

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *