KONSULTASI
Logo

Industri Limbah Sawit Jadi Bahan Ban dan Karet Bisa Terwujud, Tapi Regulasinya Panjang

17 Oktober 2025
AuthorHendrik Khoirul
EditorDwi Fatimah
Industri Limbah Sawit Jadi Bahan Ban dan Karet Bisa Terwujud, Tapi Regulasinya Panjang

Sawitsetara.co – JAKARTA – PT Eagle High Plantations Tbk (BWPT) melalui anak usahanya, PT Singaland Asetama (SGA), berhasil meraih juara pertama dalam ajang SDG Innovation Pitch Showcase di rangkaian UN Global Compact Leaders Summit 2025. Mereka membawa inovasi menyulap limbah sawit menjadi bio-oil dan karbon hitam ramah lingkungan sebagai bahan utama pembuatan ban, cat, dan karet.

Namun, perjalanan mengembangkan inovasi hijau memanfaatkan tandan kosong kelapa sawit yang digalakkan BWPT hingga menjadi juara di ajang bergengsi tersebut tidaklah mudah. CEO Eagle High Plantations, Henderi Djunaidi, jugq mengakui bahwa perjalanan menuju industrialisasi inovasi hijau masih panjang dan penuh tantangan.

“Kalau kita mau jadikan ini industri hari ini, tentu regulasinya panjang. Ada izin, NIB, sampai urusan teknis yang butuh waktu. Jadi kami mulai dari inisiatif CSR, supaya ide ini bisa jalan dulu,” kata Henderi lewat keterangan pers, Kamis (16/10/2025), dikutip Kompas.

Ia juga menekankan bahwa inovasi di BWPT bukan hanya soal teknologi, melainkan perubahan pola pikir. Generasi muda di perusahaan melihat limbah sebagai sumber daya baru. Namun, tanpa dukungan regulasi yang adaptif, potensi ekonomi sirkular di sektor sawit terancam terhenti.

“Sekarang kami tidak lagi berpikir sebatas sawit, tapi bagaimana dari limbahnya bisa lahir produk baru yang berguna bagi industri lain. Itu bagian dari ekonomi sirkular yang mulai tertanam di budaya kerja kami,” kata Henderi.

Sementara itu, Mohamad Bijaksana Junerosano, Tenaga Ahli Menteri Lingkungan Hidup, menekankan pentingnya dukungan kebijakan yang jelas dan konsisten. Perusahaan, kata dia, biasanya lebih lincah dalam berinovasi. Tapi kalau kebijakan tidak diarahkan dengan tepat, industri bisa mati sebelum tumbuh.

“Karena itu, kolaborasi dengan pemerintah dan lembaga riset menjadi penting agar inovasi seperti ini punya arah yang jelas,” kata Bijaksana.

Menurut dia Inovasi di sektor sawit harus menyentuh seluruh rantai nilai untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi jejak karbon. Perencanaan matang menjadi kunci. Kuncinya ada di perencanaan yang matang. Semua harus well-designed, dari proses produksi sampai pengelolaan limbah.

“Banyak inovasi bisa dimulai dari langkah-langkah kecil, yang low effort tapi big impact,” tambah dia.

Inisiatif BWPT menjadi contoh arah baru industri sawit Indonesia. Namun, kolaborasi lintas sektor tetap krusial agar momentum ini tidak terhenti. Pemerintah tengah menyiapkan kebijakan ekonomi hijau, tapi keberhasilan transisi hijau bergantung pada keberanian birokrasi membuka ruang bagi inovasi.


Berita Sebelumnya
Harga TBS Kelapa Sawit di Sulbar Naik untuk Periode Oktober 2025

Harga TBS Kelapa Sawit di Sulbar Naik untuk Periode Oktober 2025

Berdasarkan rapat penetapan harga yang digelar pada Rabu (15/10/2025), harga TBS di Sulbar tercatat naik.

16 Oktober 2025 | Harga TBS

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *