KONSULTASI
Logo

BPDB: Biochar Sebagai Jawaban Isu Tantangan Lingkungan Hidup dan Keberlanjutan yang Digaungkan Uni Eropa

27 September 2025
AuthorTim Redaksi
EditorEditor
BPDB: Biochar Sebagai Jawaban Isu Tantangan Lingkungan Hidup dan Keberlanjutan yang Digaungkan Uni Eropa

sawitsetara.co – JAKARTA – Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) melihat potensi besar dalam pemanfaatan biochar dari tandan kosong sawit sebagai jawaban atas isu keberlanjutan yang disuarakan Uni Eropa terhadap perkebunan sawit Indonesia. Inisiatif ini diharapkan dapat membantu petani sawit dalam menghadapi tantangan lingkungan dan keberlanjutan.


“Dengan penggunaan biochar ini sebagai salah satu upaya kita menjawab isu-isu keberlanjutan yang digaungkan Uni Eropa terhadap sawit kita,” ujar Senior Analis Divisi UKMK BPDP, Anwar Sadat dalam keterangannya di Jakarta, Jumat (26/9/2025), seperti dikutip Antara.


Anwar Sadat menjelaskan bahwa biochar merupakan arang aktif kaya karbon yang ramah lingkungan karena berasal dari bahan organik. Biochar memiliki fungsi penting dalam mengikat hara dan air, yang sangat bermanfaat bagi tanaman sawit. Selain itu penggunaan biochar dapat mengurangi penggunaan pupuk kimia yang harganya mahal.


“Sehingga dengan penggunaan biochar akan mengurangi biaya pemupukan,” katanya, saat menyaksikan praktik pembuatan biochar di Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, oleh Asosiasi Petani Kelapa Sawit Perusahaan Inti Rakyat (Aspekpir).


Data dari PASPI menunjukkan bahwa satu ton tandan buah segar (TBS) menghasilkan sekitar 22% tandan kosong sawit, yang merupakan potensi besar untuk bahan baku biochar. Anwar menambahkan, nantinya Aspekpir dapat melakukan kerja sama dengan pabrik kelapa sawit (PKS) untuk mendapatkan tandan kosong tersebut untuk dijadikan bahan baku biochar.


Ketua Umum Aspekpir, Setiyono, mengatakan kegiatan yang melibatkan 110 petani sawit di Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, bertujuan agar mereka dapat membuat biochar secara mandiri. Bahan baku melimpah, yaitu tandan kosong sawit. Setiyono menjelaskan bahwa kelapa sawit di Kecamatan Sungai Lilin telah memasuki siklus tertentu, yang menyebabkan penurunan kesuburan tanah.


“Salah satunya dengan mengaplikasikan biochar dari tandan kosong sawit yang banyak tersedia di sekitar kita ini,” katanya.


Praktisi pengguna biochar, Arif Firmansyah, menekankan nilai ekonomis biochar sebagai produk yang layak dipasarkan. Ia menyoroti bahwa kebutuhan biochar tidak hanya terbatas pada individu atau kelompok tani, tetapi juga rumah tangga, komunitas, dan perusahaan perkebunan.


“Petani kelapa sawit punya peluang untuk memanfaatkan biochar sebagai produk yang layak dipasarkan di sekitar tempat tinggal maupun pasar yang lebih luas,” pungkas Arif Firmansyah.


Berita Sebelumnya
APKASINDO: Jangan Terlalu Romantis dengan Uni Eropa Soal Sawit, CPO Indonesia Sulit Masuk Tersandung EUDR

APKASINDO: Jangan Terlalu Romantis dengan Uni Eropa Soal Sawit, CPO Indonesia Sulit Masuk Tersandung EUDR

Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO) Dr.

26 September 2025 | Edukasi

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *