
sawitsetara.co - TANGERANG – UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menegah) disebut sebagai penopang ekonomi karena kontribusinya yang signifikan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dan penyerapan tenaga kerja di Indonesia. Mereka juga berperan dalam menggerakkan ekonomi lokal, menciptakan lapangan kerja, dan menjadi pilar penting dalam menjaga ketahanan ekonomi nasional, bahkan mampu bertahan di tengah krisis.
“Jadi harus diakui bahwa peran UMKM tidaklah kecil termasuk pelaku UMKM berbasis sawit,” ungkap Dr. Ir HJ. Delima Hasri Azahari, MS, Ketua Umum Gabungan Perusahaan Perkebunan Indonesia (GPPI) dalam Pertemuan Petani dan UMKM Sawit 2025 di Ice BSD, Tangerang, Kamis (7/11/2025).
Terbukti, jumlah jumlah pelaku UMKM berbasis sawit terus tumbuh. Bahkan terus tumbuhnya pelaku UMKM berbasis sawit maka Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) meluncurkan Katalog 100 Produk UKMK kelapa sawit. Katalog 100 Produk UKMK Sawit ini merupakan edisi kedua sebagai pengembangan dan penyempurnaan dari edisi pertama yang telah diluncurkan pada tahun 2023. Dalam Katalog edisi kedua ini mencakup penambahan produk-produk UKMK sawit baru yang diproduksi sepanjang tahun 2024–2025.
“Sehingga dalam hal ini, UMKM berbasis sawit dapat menjadi kekuatan baru bagi ekonomi sebab UMKM berbasis sawit terus tumbuh,” jelas Delima.

Tidak hanya itu, lanjut Delima, UMKM ikut mendukung pelaksanaan tugas BI dalam menjaga stabilitas makro, moneter dan sistem keuangan, a.l. pengendalian inflasi (dari sisi supply), mendorong ekspor/mengurangi CAD, dan mendorong potensi ekonomi lokal untuk mendukung pertumbuhan yang inklusif.
Sehingga dalam hal ini perlu membangun ekosistem UMKM dengan program yang bersifat end to end process dari hulu ke hilir. Pengembangan difokuskan pada tahap-tahap input produksi produksi, manajemen dan pemasaran (output) serta outcome.
“Maka perlu menyusun program pengembangan Peta Jalan UMKM melalui program kerja pengembangan berdasarkan klasifikasi UMKM: L-1 UMKM Potensial, L-2 UMKM Sukses, L3 UMKM Digital, dan L4 UMKM ekspor,” ungkap Delima.
Tidak hanya itu, lanjut Delima, perlu perubahan perilaku dan potensi untuk pengembangan UMKM diantaranya dengan digitalisasi. “Ini penting mengingat Indonesia memiliki potensi digital yang luar biasa. Ditengah perlambatan ekonomi karena Covid, ekonomi digital masih meningkat dan diproyeksikan tetap tumbuh,” jelas Delima.

Delima menambahkan, sektor e-commerce yang semakin meningkat akseptasinya di masyarakat. Pondasi digital masyarakat Indonesia menjadi potensi besar untuk terus mendorong digitalisasi dan mulai terlihat shifting perilaku, khususnya terkait peningkatan transaksi E-Tailing dan E- Groceries serta penggunaan digital payment.
“Porsi transaksi B2C yang semakin meningkat di e-commerce terutama didorong oleh bergesernya model bisnis FMCG (Fast Moving Consumer Goods, misalnya Unilever, P&G) ke direct selling melalui e- commerce,” papar Delima.
Artinya dalam hal ini perlu mendorong pelaku UMKM berbasis sawit, karena sawit bukan milik perusahaan ataupun industri tapi milik semua orang baik itu petani, pelaku UMKM dan industri.



Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *