
sawitsetara.co – JAKARTA – Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, telah menyetujui penerapan tarif impor 0 persen untuk sejumlah produk dari Malaysia, Thailand, dan Kamboja. Informasi ini dilaporkan oleh The Nation pada Rabu (29/10/2025).
Kebijakan ini mencakup produk farmasi dan aviasi dari Malaysia. Selain itu, komoditas pertanian seperti kelapa sawit dan kakao juga mendapatkan keringanan serupa. CEO Dewan Minyak Sawit Malaysia, Belvinder Sron, menyambut baik kebijakan ini.
“Kebijakan ini akan memperkuat daya saing Malaysia,” katanya.
Selain Malaysia, sebagian produk dari Thailand dan Kamboja juga menikmati tarif 0 persen dari AS. Namun, detail mengenai jenis barang yang termasuk dalam daftar tersebut belum diumumkan secara resmi.

Adapun ketiga negara ini menandatangani kesepakatan dagang dengan Washington saat kunjungan Presiden Trump ke Malaysia pada akhir pekan sebelumnya. Sebelumnya, ketiga negara ini dikenakan tarif dasar sebesar 19 persen.
Kunjungan Trump ke Malaysia menandai lokasi perdana kunjungannya di Asia pada masa jabatan keduanya. Kunjungan ini bertepatan dengan kehadirannya dalam pertemuan puncak Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN). Selain Malaysia, Trump juga melakukan kunjungan ke Jepang dan Korea Selatan dalam rangkaian tur Asia kali ini.
Peluang Bagi Indonesia
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Eddy Martono, memberikan pandangannya terkait peluang Indonesia untuk mendapatkan kembali tarif 0 persen untuk produk sawit di pasar AS. Ia berpendapat bahwa peluang tersebut masih terbuka lebar. Menurutnya, secara historis, tarif impor sawit ke AS pernah berada pada level tersebut.

Eddy menjelaskan alasan di balik potensi tersebut. “Mungkin aja kan sebelumnya memang 0 persen, sebelumnya juga segitu. Kenapa begitu? Satu, kita cukup besar untuk sawit ya, untuk itu 89,9 persen. Yang kedua adalah mereka kan tidak bisa memproduksi minyak sawit, mereka tidak ada pengguna sawit yang tidak bisa kan,” ujarnya.
Ia juga menambahkan bahwa ekspor sawit Indonesia terus meningkat karena kebutuhan industri pangan di AS. Hal ini menciptakan hubungan ekonomi yang saling menguntungkan. Untuk mencapai kesepakatan tarif 0 persen, Eddy menekankan pentingnya pemerintah Indonesia menerapkan prinsip timbal balik dalam negosiasi.
Eddy melanjutkan, “Jadi ya artinya ada kemungkinan karena memang konsumen di sana membutuhkan, dan ini saling menguntungkan kan karena ini satu sisi kan Amerika juga sudah minta beberapa tarif kita kan juga 0% juga kan gitu.”



Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *