KONSULTASI
Logo

Tanam Padi di Kebun Sawit, Petani OKI Manfaatkan PSR

19 Desember 2025
AuthorHendrik Khoirul
EditorDwi Fatimah
Tanam Padi di Kebun Sawit, Petani OKI Manfaatkan PSR
HOT NEWS

sawitsetara.co – KAYU AGUNG – Petani kelapa sawit di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan, mulai memanfaatkan lahan Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) secara lebih optimal dengan mengembangkan padi gogo sebagai sumber pangan alternatif.

Inisiatif ini dilakukan pada lahan PSR seluas 778 hektare yang dikelola oleh 12 Koperasi Unit Desa (KUD) di Kecamatan Mesuji Raya, Pedamaran Timur, dan Pedamaran. Seluruh koperasi merupakan mitra binaan PT Sampoerna Agro, yang mendampingi petani dalam pengelolaan kebun sawit rakyat.

Pemanfaatan lahan PSR untuk pengembangan padi gogo ditandai dengan kegiatan tanam perdana yang dilaksanakan di Kebun KUD Bina Sejahtera, Desa Kerta Mukti, Kecamatan Mesuji Raya, pada Kamis (17/12/2025). Kegiatan ini mendapat perhatian khusus dengan kehadiran langsung Bupati OKI, Muchendi Mahzareki.

“Penanaman padi gogo hari ini membuktikan bahwa program PSR tidak hanya berfokus pada peremajaan kelapa sawit. Tetapi juga memberi manfaat langsung bagi petani melalui pola tumpang sari yang produktif,” ujar Muchendi dalam sambutannya.

Sawit Setara Default Ad Banner

Muchendi menilai, penerapan sistem intercropping atau tumpang sari antara padi gogo dan sawit menjadi solusi produktif bagi petani, khususnya pada fase awal peremajaan kebun. Selain menjaga keberlanjutan pendapatan petani sawit, pola ini juga sejalan dengan program pemerintah meningkatkan produksi pangan nasional.

Pandangan serupa disampaikan perwakilan Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian, Doris Monica. Ia menjelaskan bahwa tumpang sari padi gogo dapat diterapkan pada berbagai tanaman perkebunan, termasuk kelapa sawit yang berusia di bawah dua tahun, sehingga lahan tidak dibiarkan kosong dan tetap produktif.

“Ini merupakan salah satu strategi optimasi lahan untuk meningkatkan luas tanam padi dengan memanfaatkan lahan perkebunan, khususnya di Kabupaten OKI,” kata Doris.

Ia menambahkan bahwa selain pengembangan padi dan kelapa sawit, pemerintah juga mendorong perluasan perkebunan tebu untuk memenuhi kebutuhan gula nasional. “Arahan Menteri Pertanian adalah mewujudkan swasembada gula sebagai bagian dari upaya swasembada pangan,” ujarnya.

Sawit Setara Default Ad Banner

Pada kesempatan yang sama, Bupati Muchendi turut menyerahkan hasil penilaian fisik kebun sawit rakyat yang dilakukan sebagai bagian dari proses pendanaan melalui Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS).

Sebanyak 9.168 hektare lahan sawit rakyat di Kecamatan Mesuji Raya, Mesuji, dan Lempuing Jaya dinyatakan memenuhi persyaratan teknis untuk memperoleh dukungan program PSR.

Kepala Dinas Perkebunan OKI, Dedy Kurniawan, menjelaskan bahwa penilaian fisik kebun sawit dilakukan untuk mengevaluasi kondisi aktual tanaman serta mengukur keberhasilan program peremajaan.

“Penilaian meliputi kondisi kesehatan tanaman, pertumbuhan, hingga produktivitas. Hasil penilaian ini menjadi dasar penting dalam pendanaan BPDPKS agar dana digunakan secara efektif dan tepat sasaran,” kata Dedy.

Selain pengembangan padi gogo, KUD Bina Sejahtera Desa Kerta Mukti juga membagikan praktik baik dalam pengelolaan kebun sawit melalui pemanfaatan pupuk organik. Inovasi ini dinilai mampu mempercepat masa panen sekaligus meningkatkan ukuran tandan buah segar (TBS), sehingga berdampak langsung pada peningkatan pendapatan petani.

Ketua KUD Bina Sejahtera, H. Azhar, menjelaskan bahwa pupuk organik tersebut diproduksi secara mandiri dengan memanfaatkan limbah sawit dan kotoran ternak. Bahkan, unit pengolahan pupuk telah berkembang menjadi usaha tersendiri di bawah naungan koperasi.

“Bahan bakunya berasal dari tandan kosong, solid, limbah cair pabrik sawit, serta kotoran ternak yang difermentasi selama tujuh hari menggunakan QRR dan dolomit,” ujar Azhar, yang juga merupakan pensiunan penyuluh pertanian lapangan (PPL).

Menurut Azhar, penggunaan pupuk organik mampu menekan biaya produksi hingga 50 persen. Selain meningkatkan pendapatan petani, keberadaan unit pengolahan pupuk ini juga membuka peluang ekonomi baru bagi masyarakat sekitar.

“Masyarakat yang memiliki ternak kami beli kotorannya Rp10.000 per karung. Bahkan air leri atau air cucian beras juga bernilai ekonomis sebagai bahan pupuk cair,” katanya.

Azhar berharap pemerintah dapat memberikan pendampingan lanjutan, terutama terkait pengurusan izin produksi pupuk organik. “Khususnya dalam pengurusan izin produksi pupuk organik, agar produk tersebut dapat dimanfaatkan lebih luas oleh petani sawit di daerah lain,” pungkasnya.


Berita Sebelumnya
Pengembangan Inovasi Dorong Daya Saing Produk Hilir Berbasis Sawit

Pengembangan Inovasi Dorong Daya Saing Produk Hilir Berbasis Sawit

Subholding PTPN III (Persero), PTPN IV PalmCo menyebut pentingnya pengembangan inovasi yang relevan bagi perusahaan agar bisa mendorong daya saing produk-produk hilir berbasis kelapa sawit serta komoditas perkebunan.

| Berita

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *