KONSULTASI
Logo

Sawit Tetap Jadi Pilar Ekonomi Tanah Air

14 November 2025
AuthorTim Redaksi
EditorEditor
Sawit Tetap Jadi Pilar Ekonomi Tanah Air
HOT NEWS

sawitsetara.co - BALI – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto menegaskan bahwa industri kelapa sawit tetap menjadi pilar utama perekonomian Indonesia sekaligus motor penggerak transisi energi bersih nasional.

Airlangga menyampaikan bahwa Indonesia terus menunjukkan ketahanan ekonomi meski menghadapi perlambatan ekonomi global. Pada kuartal III 2025, ekonomi Indonesia tumbuh 5,04 persen dengan kontribusi kuat dari sektor manufaktur, perdagangan, dan pertanian.

Konsumsi rumah tangga, investasi domestik yang mencapai Rp 1.434,3 triliun, serta inflasi stabil pada 2,86 persen, menjadi indikator solidnya fundamental ekonomi nasional.

“Pemerintah terus mempertahankan kebijakan counter-cyclical untuk menjaga momentum pertumbuhan,” ujar Airlangga dalam Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) 2025 and 2026 Price Outlook di Bali.


Sawit Setara Default Ad Banner

Airlangga menegaskan bahwa industri sawit tetap menjadi tulang punggung ekonomi Indonesia. Per September 2025, neraca perdagangan mencatat surplus 4,34 miliar dolar AS, ditopang ekspor sawit yang menembus 28,55 juta ton sepanjang Januari–September.

India dan Tiongkok masih menjadi pasar utama, sementara Jepang dan Selandia Baru menunjukkan peningkatan permintaan signifikan.

Pemerintah juga memperkuat penerapan sertifikasi ISPO dan mengembangkan sistem informasi ISPO untuk meningkatkan transparansi, real-time tracking, serta daya saing global industri sawit Indonesia.

Airlangga menekankan peran strategis sawit dalam agenda energi bersih nasional. Program biodiesel B40 akan ditingkatkan menjadi B50 pada semester II 2026, dengan potensi pengurangan emisi hingga 41,46 juta ton CO₂ ekuivalen.

Pemerintah juga menyiapkan pengembangan sustainable aviation fuel (SAF) berbasis sawit yang ditargetkan dapat mulai digunakan dalam 2–3 tahun mendatang.


Sawit Setara Default Ad Banner

Airlangga mengajak seluruh pemangku kepentingan memperkuat hilirisasi sawit untuk menciptakan nilai tambah, lapangan kerja, dan memperkuat industri nasional.

Sementara itu, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, Rachmat Pambudy, menyoroti pesatnya ekspansi sawit dari 0,1 juta hektare pada 1950 kini menjadi 17 juta hektare. Ia mengingatkan perlunya pengelolaan yang hati-hati agar tidak mengorbankan keberlanjutan lingkungan dan kebutuhan pangan.

Dalam visi Indonesia Emas 2045, industri sawit diposisikan sebagai antara lain motor energi terbarukan, penyokong ketahanan pangan global, pencipta jutaan lapangan kerja hijau, serta fondasi bagi industri hilir seperti biofuel, oleokimia, dan green manufacturing.

Dia menilai, industri sawit dinilai sebagai tulang punggung yang menyokong ketahanan pangan global, energi terbarukan, penciptaan jutaan lapangan kerja hijau, serta fondasi bagi industri hilir seperti biofuel, oleokimia, dan green manufacturing.


Sawit Setara Default Ad Banner

Dalam visi 2045, menjadi negara berpendapatan tinggi, menghapus kemiskinan, memperkuat kepemimpinan global, dan mencapai net-zero 2060, sektor sawit diposisikan sebagai model transformasi berkelanjutan yang mendukung SDGs sekaligus mendorong pembangunan pedesaan dan pemerataan kesejahteraan.

Lebih lanjut, kata Rachmat, peta jalan sawit masa depan harus menempatkan keberlanjutan, keadilan, dan diplomasi sebagai pilar utama.

Indonesia telah membuktikan komitmennya melalui kemenangan di WTO dalam sengketa diskriminasi sawit, penguatan sertifikasi Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO), reforma regulasi, serta modernisasi dan pemberdayaan petani kecil agar mampu bersaing dalam rantai pasok global.

Ia menegaskan bahwa sawit bukan hanya komoditas, tetapi “jembatan kemanusiaan” yang harus terkelola secara adil, berkelanjutan, dan setara dalam diplomasi global.

“Sehingga pada 2045, industri ini menjadi simbol kerja sama global, bukan kontroversi,” pungkas Rachmat.



Berita Sebelumnya
Oktober 2025, Harga  Referensi CPO Menguat

Oktober 2025, Harga Referensi CPO Menguat

Harga Referensi (HR) komoditas minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO) untuk penetapan Bea Keluar (BK) dan tarif Badan Layanan Umum Badan Pengelola Dana Perkebunan (BLU BPDP), atau biasa dikenal sebagai Pungutan Ekspor (PE), untuk periode Oktober 2025 adalah sebesar USD963,61/MT. Nilai ini meningkat sebesar USD8,89 atau 0,93 persen dari HR CPO periode September 2025 yang tercatat sebesar USD954,71/MT.

| Berita

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *