KONSULTASI
Logo

Sawit, Penopang Ekonomi dan Harapan Indonesia Menuju 2045

5 November 2025
AuthorDwi Fatimah
EditorDwi Fatimah
Sawit, Penopang Ekonomi dan Harapan Indonesia Menuju 2045

sawitsetara.co - JAKARTA - Industri kelapa sawit kembali menegaskan perannya sebagai tulang punggung perekonomian Indonesia. Di tengah dinamika global dan tuntutan keberlanjutan, komoditas emas hijau ini tak hanya menjadi primadona ekspor, tetapi juga penopang hidup bagi jutaan rakyat di seluruh nusantara.

Tak kurang dari 16 juta orang, mulai dari petani, buruh, hingga pelaku industri hilir, menggantungkan hidupnya pada sektor sawit. Dengan kontribusi ekonomi yang begitu besar, tak heran jika pemerintah menempatkan industri ini sebagai salah satu kunci menuju Indonesia Emas 2045.

Potensi dan arah masa depan industri sawit menjadi sorotan dalam diskusi publik bertajuk “Peran Industri Sawit dalam Perekonomian Berkelanjutan Menuju Indonesia Emas 2045” yang digelar Tempo Media Group di Jakarta, Selasa (4/11/2025).

Sawit Setara Default Ad Banner

Dalam forum tersebut, Staf Ahli Bidang Konektivitas dan Pengembangan Jasa Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Dida Gardera, memaparkan bahwa Indonesia saat ini memiliki sekitar 16,38 juta hektare lahan sawit, dengan 41 persen di antaranya dikelola petani swadaya.

“Sawit memiliki produktivitas lahan terbaik di dunia, empat kali lipat dibanding minyak bunga matahari atau rapeseed. Ini menjadikannya komoditas paling efisien dan berkelanjutan dalam memenuhi kebutuhan minyak nabati global,” ujar Dida.

Kontribusi sawit tidak hanya berhenti pada minyak mentah. Lebih dari 200 produk turunan kini telah dikembangkan mulai dari kosmetik, sabun, bahan pangan, hingga bioavtur. Keberagaman ini membuka jalan bagi penguatan hilirisasi dan perluasan nilai tambah di dalam negeri.

Sawit Setara Default Ad Banner

Namun di balik potensinya, produktivitas sawit nasional masih tertinggal. Rata-rata produksi petani kecil masih di bawah empat ton per hektare, jauh dari capaian perusahaan besar yang bisa mencapai 10–12 ton.

Untuk menjawab tantangan ini, pemerintah terus mempercepat Program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR).

“Melalui PSR, kami menargetkan produktivitas petani bisa meningkat dua hingga tiga kali lipat dalam empat tahun ke depan,” tegas Dida.

Selain itu, kebijakan sertifikasi Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) juga diperkuat melalui Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2025. Sertifikasi ini kini bersifat wajib bagi seluruh pelaku industri dari kebun hingga pabrik.

“Bagi pekebun kecil, kami beri masa transisi empat tahun, dan seluruh biaya sertifikasi akan ditanggung pemerintah,” jelas Dida. Sistem informasi digital ISPO juga tengah dikembangkan untuk memastikan keterlacakan lahan serta transparansi rantai pasok.

Sawit Setara Default Ad Banner

Selain ekonomi, keberlanjutan sosial dan lingkungan menjadi dimensi penting dalam masa depan sawit. Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Surjadi, menekankan perlunya pendampingan bagi petani kecil yang sering terkendala modal dan akses pupuk.

“Sebagian besar petani swadaya hanya memiliki dua hingga tiga hektare lahan. Tanpa dukungan dan pendampingan, sulit bagi mereka untuk naik kelas,” ujarnya. Ia juga mengingatkan pentingnya perlindungan bagi buruh perkebunan agar mendapatkan penghidupan yang layak dan status kerja formal.

Sementara itu, potensi biofuel dan biogas dari sawit membuka peluang besar bagi transisi menuju ekonomi hijau. Saat ini, 40 persen bahan bakar biodiesel nasional berasal dari sawit, menjadikannya tulang punggung energi terbarukan Indonesia.

Optimisme juga datang dari pelaku industri. Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Eddy Martono, menargetkan produksi sawit nasional bisa menembus 92 juta ton pada 2045, hampir dua kali lipat dari produksi saat ini yang sekitar 53 juta ton.

Sawit Setara Default Ad Banner

“Hilirisasi tidak akan berhasil jika hulunya bermasalah. Karena itu, kami mendorong peningkatan produktivitas petani dan efisiensi kebun sebagai fondasi utama,” ujar Eddy.

Ia menambahkan, program biodiesel telah memberi dampak nyata bagi ekonomi daerah. “Dulu banyak petani membiarkan buah sawitnya busuk di pohon. Sekarang, berkat program biodiesel, harga sawit stabil dan ekonomi daerah ikut hidup,” katanya.

Dengan berbagai langkah strategis itu, industri sawit bukan hanya menjadi penopang ekonomi hari ini, tetapi juga motor penggerak menuju Indonesia yang mandiri energi, berdaya saing global, dan berkeadilan sosial di tahun 2045.


Berita Sebelumnya
Petani Sawit Riau Raih Sertifikat RSPO Pertama di Lingkungan PTPN III

Petani Sawit Riau Raih Sertifikat RSPO Pertama di Lingkungan PTPN III

Di antara hamparan hijau sawit muda yang membingkai perkampungan asri di barat Bumi Pertiwi, tersimpan kisah besar dari sebuah desa kecil bernama Kumain. Desa ini kini menjadi sorotan nasional, bahkan internasional.

6 November 2025 | Berita

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *