KONSULTASI
Logo

Produksi Sawit Kaltim Turun Jadi 18,67 Juta Ton, Kutai Timur Masih Jadi Raja Sawit

1 Oktober 2025
AuthorDwi Fatimah
EditorDwi Fatimah
Produksi Sawit Kaltim Turun Jadi 18,67 Juta Ton, Kutai Timur Masih Jadi Raja Sawit

sawitsetara.co - SAMARINDA - Sektor perkebunan masih menjadi tulang punggung ekonomi Kalimantan Timur (Kaltim), terutama kelapa sawit yang terus mendominasi dengan luasan mencapai 1,47 juta hektare per tahun 2024. Namun, produksi Tandan Buah Segar (TBS) justru mengalami penurunan signifikan dibandingkan tahun sebelumnya.

Berdasarkan data terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltim yang dirilis Selasa (30/9/2025), total produksi sawit Kaltim sepanjang 2024 tercatat sebesar 18,67 juta ton, menurun dari capaian tahun 2023 yang mencapai 20,71 juta ton, meski luasan perkebunan justru bertambah dari 1,33 juta hektare menjadi 1,47 juta hektare.

“Produksi tahun ini menurun meskipun luas tanam meningkat. Ini menandakan adanya penurunan produktivitas yang perlu segera direspons,” ujar Kepala BPS Kaltim, Yusniar Juliana, dalam konferensi pers di Samarinda.

Wilayah Kutai Timur masih menjadi episentrum sawit di Kaltim, menyumbang 41,57 persen dari total luas lahan sawit di provinsi tersebut. Disusul oleh Kutai Kartanegara dengan kontribusi 18,46 persen, dan Berau di posisi ketiga dengan 14,92 persen.

Sementara itu, kabupaten Paser menguasai 14,80 persen, Kutai Barat sebesar 6,60 persen, dan Penajam Paser Utara menyumbang 3,14 persen dari total luas sawit. Secara keseluruhan, lebih dari separuh produksi sawit Kaltim masih terkonsentrasi di wilayah timur dan sekitarnya.

“Peta ini mempertegas ketergantungan Kaltim terhadap kawasan tertentu dalam menopang produksi sawit, sehingga strategi peningkatan produktivitas perlu difokuskan di wilayah-wilayah sentra,” jelas Yusniar.

Di luar kelapa sawit, sejumlah komoditas perkebunan lain juga tetap berkontribusi terhadap ekonomi Kaltim. Karet tercatat memiliki luas tanam 115.817 hektare dengan produksi mencapai 73.580 ton.

Komoditas kopi dan kakao mencatatkan tren positif. Luas tanam kopi meningkat menjadi 1.345 hektare dengan produksi 170 ton, sementara kakao seluas 7.630 hektare menghasilkan 2.543 ton.

“Kopi dan kakao mengalami peningkatan baik dari sisi luas tanam maupun produksi. Ini menjadi sinyal positif diversifikasi komoditas di sektor perkebunan,” ungkap Yusniar. Sementara itu, produksi lada mencapai 5.080 ton dari total luas tanam 7.729 hektare.

Meski sawit masih mendominasi, penurunan produktivitas menjadi perhatian utama. BPS menekankan pentingnya program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) sebagai langkah strategis dalam meningkatkan hasil panen. Selain itu, dorongan terhadap hilirisasi industri sawit dinilai krusial untuk menjaga daya saing di pasar global.

“Tantangannya bukan hanya soal luasan, tapi bagaimana menaikkan produktivitas dan nilai tambah produk sawit kita. Hilirisasi harus diperkuat,” tegas Yusniar.


Dengan kontribusinya yang besar terhadap struktur ekonomi Kaltim, sektor perkebunan terutama sawit dipastikan tetap menjadi fokus utama pembangunan daerah, namun kini dengan tekanan lebih besar pada efisiensi, keberlanjutan, dan inovasi pengolahan.

Tags:

Ekonomi

Berita Sebelumnya
Harga TBS Sawit Plasma Riau Periode 1–7 Oktober 2025 Naik, Umur 9 Tahun Tertinggi

Harga TBS Sawit Plasma Riau Periode 1–7 Oktober 2025 Naik, Umur 9 Tahun Tertinggi

Dinas Perkebunan Provinsi Riau menetapkan harga Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit untuk skema Kemitraan Plasma periode 1 hingga 7 Oktober 2025

30 September 2025 | Harga TBS

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *