KONSULTASI
Logo

Petani Sawit Berhak Merasakan Hasil Riset, Jangan Berakhir di Perpustakaan

18 November 2025
AuthorIbnu
EditorIbnu
Petani Sawit Berhak Merasakan Hasil Riset, Jangan Berakhir di Perpustakaan
HOT NEWS

sawitsetara.co - JAKARTA – Riset untuk komoditas kelapa sawit itu memang penting, terlebih kelapa sawit sebagai penyumbang devisa negara, bahkan di tahun 2024 devisa negara mencapai mencapai sekitar Rp440 triliun. Namun riset juga harus dirasakan oleh petani sebagai sektor hulu kelapa sawit.

Hal tersebut turut mengemuka dalam pertemuan pelaku sawit dengan tema “Identifikasi Usulan Kebutuhan Riset,” via zoom, Selasa (18/11/2025).

Dalam zoom tersebut, Sekretaris Jenderal (Sekjend) Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO) Dr. Rino Afrino, ST., MM., C.APO menjelaskan bahwa riset juga tertera dalam Peraturan Presiden (Perpres). Artinya ini adalah amanat, dan sudah seharusnya petani juga berhak merasakan dari hasil-hasil riset.

“Namun faktanya dilapangan dari 400 riset kelapa sawit tidak pernah tersosialisasikan. Tidak ada pilot-pilot yang diterapkan di perkebunan kelapa sawit milik rakyat dalam hal ini petani,” ungkap Dr. Rino, petani asal Provinsi Riau.


Sawit Setara Default Ad Banner

Lebih lanjut, Dr. Rino menyayangkan hasil-hasil riset yang ada semuanya berakhir di perpustakaan. Tidak ada riset yang mendukung sektor hulu. Contohnya untuk meningkatkan produktivitas kebun milik petani

“Tidak ada judul riset atau penelitian untuk meningkatkan produktivitas milik petani, semuanya berakhir di perpustakaan,” jelas Dr. Rino.

Padahal, seperti diketahui bahwa perkebunan kelapa sawit yang dikelola milik petani tidaklah kecil. Berdasarkan catatan Ditjen Perkebunan Kementerian Pertanian, dari luas perkebunan kelapa sawit sedkitar 16 juta hektar tersebut yang dibudidayakan oleh petani sekitar 6 juta hektar. Artinya jika ada riset untuk meningkatkan produktivitas kebun petani maka sama saja meningkatkan produktivitas nasional.


Sawit Setara Default Ad Banner

Hal senada diungkapkan, Dewan Pakar APKASINDO Yohanes Samosir bahwa riset-riset kelapa sawit yang telah dilakukan selama ini ada ketidak seimbangan, Dimana riset untuk korporasi cukup besar, sedangkan untuk kebun petani atau sektor hulu sangat kecil.

Padahal korporasi sudah mempunyai anggaran tersendiri untuk riset-risetnya. Sedangkan petani tidak mempunyai anggaran riset. “Artinya alangkah baiknya riset-riset untuk petani bisa lebih didorong,” himbau Yohanes yang juga mantan riset dari perusahaan.

Alhasil, lanjut Yohanes, teknologi yang digunakan oleh petani berjalan lambat. Hal ini berbeda dengan kebun milik perusahaan yang sudah mengaplikasikan teknologi. Sangat disayangkan tidak ada lembaga riset khusus untuk petani.


Sawit Setara Default Ad Banner

Seharusnya, dari sekian banyak kontribusi petani terhadap pemerintah sudah sewajarnya ada riset yang memperharikan sawit rakyat. Sebab, di swasta ada riset, mereka memperhattikan hal tersebut dan bisa mengimplementasikan. “Lalu bagaimana dengan kebun rakyat, siapa yang memperhatikan?,” tanya Yohanes.

Maka dari itu, Yohanes berharap ada yang memperhatikan riset untuk perkebunan rakyat, jadi hal ini perlu dicermati perlu dikembangkan riset untuk skala perkebunan rakyat.


Tags:

APKASINDO

Berita Sebelumnya
Ditengah Menuju B50, Harga TBS Papua Selatan Merosot Tajam

Ditengah Menuju B50, Harga TBS Papua Selatan Merosot Tajam

Ditengah-tengah pemerintah mendorong program biodiesel 50 persen berbahan kelapa sawit, tapi harga tandan buah segar (TBS) dibeberapa Provinsi justru merosot tajam. Salah satunya di Kabupaten Merauke, Provinsi Papua Selatan.

17 November 2025 | Berita

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *