Sawitsetara.co – SIMALUNGUN – Perjalanan hidup Nurhayati (52), yang akrab disapa Bu Nur, petani sawit kecil asal Simalungun, Sumatera Utara, kini menjadi sorotan dunia. Kisahnya bermula dari kebun sawit seluas satu hektare, kini berkembang menjadi tiga hektare, menjadi bukti nyata ketekunan dan perjuangannya.
“Sejak ikut sertifikasi RSPO bersama KPUD Lestari pada 2018, pendapatan saya meningkat. Dari situ saya bisa membeli dua hektare tambahan untuk membantu biaya sekolah tiga anak saya,” kata Bu Nur, seperti dikutip Fortasbi.
Pengalaman ini mengantarkannya ke panggung internasional. Pada September 2025, Bu Nur menjadi salah satu dari sembilan delegasi perempuan Indonesia yang melakukan roadshow ke Brussel, London, dan Roma.
Di forum-forum internasional, ia menyuarakan keresahan petani sawit, khususnya perempuan, terkait regulasi baru Uni Eropa, EU Deforestation Regulation (EUDR).
Bagi Bu Nur, sawit adalah lebih dari sekadar komoditas ekspor. Tapi sumber penghidupan bagi jutaan orang di Tanah Air. “Kalau sawit tidak terjual, perempuanlah yang paling terdampak. Kami yang harus mengatur dapur, biaya sekolah anak, dan kebutuhan rumah tangga,” tuturnya.
Sebagai anggota Komite Gender KPUD Lestari, Bu Nur mendorong keterlibatan perempuan dalam koperasi dan membuktikan bahwa sertifikasi RSPO mampu mengubah pengelolaan kebun menjadi lebih ramah lingkungan.
“Kami tidak lagi pakai racun berlebihan. Kami gunakan pupuk organik dari kotoran ternak, tidak meracun sungai, dan tidak memperkerjakan ibu hamil atau anak-anak,” kata Bu Nur.
Namun, upaya tersebut terancam sia-sia jika EUDR tidak mengakui sertifikasi RSPO. “Padahal ikut sertifikasi itu tidak mudah dan biayanya tidak murah. Kami hanya ingin perjuangan kami dihargai,” katanya dalam sebuah testimoni di London.
Bu Nur dan komunitas perempuan di desanya tidak hanya mengandalkan hasil panen sawit. Mereka memanfaatkan lidi sawit untuk membuat sapu dan kerajinan tangan, yang dikenal sebagai Carli (Pencari Lidi) Angels. Aktivitas ini menambah pendapatan dan mengukuhkan peran perempuan dalam ekonomi keluarga.
“Bagi kami, sawit adalah sumber kehidupan. Kami akan mati-matian merawat dan mempertahankannya,” ujarnya dengan penuh semangat.
Kehadiran Bu Nur di panggung internasional mengingatkan bahwa di balik angka ekspor CPO, ada jutaan kisah petani kecil yang berharap kebijakan keberlanjutan diterapkan dengan adil dan bertahap.
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *