KONSULTASI
Logo

Krisis Karet di PALI, Produksi Anjlok sebabkan Petani Mulai Beralih ke Sawit

20 Oktober 2025
AuthorHendrik Khoirul
EditorDwi Fatimah
Krisis Karet di PALI, Produksi Anjlok sebabkan Petani Mulai Beralih ke Sawit

Sawitsetara.co – PALEMBANG – Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI), Sumatera Selatan (Sumsel), menghadapi tantangan serius dalam sektor perkebunan karet. Produksi karet mengalami penurunan drastis, mengkhawatirkan nasib petani yang menggantungkan hidupnya pada komoditas ini.

Herman, pengurus Koperasi Anugerah Mulia di PALI, mengungkapkan keprihatinannya. Koperasi ini selama ini menjadi fasilitator penjualan hasil karet petani. Penurunan produksi ini sangat signifikan.

“Dulu, sekitar tahun 2017 ke bawah, produksi karet PALI bisa mencapai sekitar 1.500 ton per bulan. Sekarang tinggal sekitar 600 ton saja,” ujar Herman melalui media sosialnya.

Penyebab utama anjloknya produksi adalah harga jual karet yang tidak lagi sebanding dengan biaya hidup petani. Harga karet di tingkat petani saat ini bahkan hanya mampu membeli satu kilogram beras. Kondisi ini mendorong petani untuk beralih menanam kelapa sawit yang dianggap lebih menguntungkan.

“Bagi kami sebagai pengurus koperasi yang menampung hasil petani, kondisi ini sangat terasa. Semoga ke depan harga karet bisa meningkat, supaya petani tidak terus meninggalkan karet,” harap Herman.

Data global menunjukkan harga karet alam dunia diperkirakan stagnan di bawah 2 dolar AS per kilogram. Sebagai perbandingan, harga karet di Sumatera Utara berkisar Rp11.000–Rp11.400 per kilogram.

Sementara harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit pada awal 2025 mencapai lebih dari Rp3.000 per kilogram. Perbedaan harga ini membuat sawit menjadi pilihan yang lebih menarik.

Petani karet di PALI sangat mengharapkan dukungan pemerintah, termasuk penyesuaian harga, subsidi, dan revitalisasi perkebunan. “Kalau tidak ada kebijakan yang berpihak pada petani, karet di PALI bisa semakin berkurang dan hilang perlahan,” kata Herman.

Diversifikasi dan hilirisasi produk karet lokal juga sangat penting. Tujuannya adalah agar nilai tambah dapat dinikmati langsung oleh petani. Program peremajaan tanaman, penyuluhan, dan pembukaan akses pasar yang lebih luas juga dinilai krusial untuk membangkitkan semangat petani.

Penurunan produksi karet dari 1.500 ton menjadi 600 ton per bulan menjadi sinyal kuat bahwa sektor perkebunan karet di PALI sedang dalam krisis. Tanpa intervensi strategis, kabupaten yang dulu dikenal sebagai penghasil karet utama di Sumatera Selatan ini berisiko kehilangan identitasnya.


Berita Sebelumnya
Bank Sumut Bersinergi dengan Pemda Perkuat Sektor Ekonomi Berbasis Ekspor, Diantaranya Sawit

Bank Sumut Bersinergi dengan Pemda Perkuat Sektor Ekonomi Berbasis Ekspor, Diantaranya Sawit

Provinsi Sumatera Utara (Sumut) memiliki beberapa komoditas ekonomi berbasis ekspor diantara kelapa sawit, kopi, karet, pinang, dan kakao. Kelima komoditas tersebut sangat diminati oleh negara luar

19 Oktober 2025 | Berita

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *