
sawitsetara.co - JAKARTA - Polemik mengenai posisi kelapa sawit dalam ekosistem dan perekonomian Indonesia kembali mencuat. Guru Besar Kebijakan Agribisnis IPB University, Bayu Krisnamurthi, menegaskan bahwa perdebatan soal sawit tidak boleh dilihat secara hitam-putih. Menurutnya, sawit memang bukan hutan, tetapi merupakan komoditas strategis yang memberikan kontribusi ekonomi luar biasa sekaligus tetap memiliki fungsi ekologis yang tidak bisa diabaikan.
Dalam keterangan pers di Jakarta, Rabu (10/12/2025), Bayu menjelaskan bahwa kelapa sawit adalah pohon yang mampu tumbuh puluhan tahun dengan kapasitas menyerap karbondioksida melalui fotosintesis. Selain itu, sawit juga memiliki kemampuan menyimpan karbon di batang, serasah, hingga buahnya. Struktur akar dan tajuknya pun berperan menjaga kondisi tanah.
“Pohon sawit secara alamiah juga tumbuh di dalam hutan. Tetapi kebun sawit tidak sama dengan hutan alam tropis yang berlapis-lapis dan sangat beragam,” jelas mantan Wakil Menteri Perdagangan 2011–2014 itu.

Bayu menekankan bahwa sifat monokultur kebun sawit membuatnya tidak bisa disamakan dengan hutan alam dalam hal keanekaragaman hayati maupun fungsi hidrologis. Meski demikian, ia mengingatkan bahwa manfaat ekonomi sawit bagi jutaan masyarakat tidak bisa disangkal.
“Kebun sawit punya kelebihan dalam memberikan pendapatan bagi pekebunnya, mengentaskan kemiskinan, menyediakan produk yang dibutuhkan masyarakat, dan mengembangkan daerah,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa justru aspek tata kelola menjadi kunci utama. Proses pembukaan lahan hingga pengelolaan perkebunan harus dilakukan secara berkelanjutan sehingga manfaat ekonomi dapat dikoptimalkan dan risiko ekologis bisa ditekan seminimal mungkin.
“Cara pandang kita harus proporsional. Sawit adalah komoditas strategis dengan manfaat ekonomi besar, tetapi tetap memiliki batas ekologis yang harus dihormati,” tegas Bayu.

Industri sawit Indonesia saat ini menjadi salah satu penopang utama ekonomi nasional. Dengan luas perkebunan lebih dari 16 juta hektare, sektor ini membuka lapangan pekerjaan bagi sekitar 20 juta orang, baik secara langsung maupun tidak langsung. Indonesia juga menjadi produsen sekaligus eksportir minyak sawit mentah (CPO) terbesar di dunia dengan produksi lebih dari 50 juta ton per tahun.
Bayu menutup pesannya dengan ajakan memastikan pengelolaan sawit tetap mengikuti prinsip keberlanjutan. Dengan demikian, keberadaan kelapa sawit bisa terus memberikan manfaat maksimal tanpa mengabaikan keseimbangan lingkungan yang menjadi fondasi ekosistem Indonesia.



Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *