sawitsetara.co - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kinerja ekspor Indonesia sepanjang Januari hingga Agustus 2025 menunjukkan tren positif, dengan nilai ekspor kumulatif mencapai 185,3 miliar dolar AS. Pendorong utama pertumbuhan ini adalah sektor industri pengolahan, terutama dari komoditas minyak kelapa sawit (CPO), logam dasar bukan besi, kimia dasar organik berbasis pertanian, hingga barang perhiasan.
“Industri pengolahan memberikan andil signifikan terhadap peningkatan ekspor non-migas, dengan kontribusi sebesar 12,26 persen,” ujar Deputi Bidang Statistik Produksi BPS, M. Habibullah, dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (1/10/2025).
Sepanjang delapan bulan pertama 2025, ekspor non-migas tercatat sebesar 176,09 miliar dolar AS, naik 9,15 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sementara itu, ekspor migas mengalami penurunan sebesar 14,14 persen menjadi 9,04 miliar dolar AS.
Habibullah menegaskan bahwa pertumbuhan ekspor non-migas didorong oleh lonjakan permintaan global terhadap sejumlah komoditas olahan unggulan Indonesia. “Ekspor yang mencatatkan peningkatan cukup besar berasal dari minyak kelapa sawit, logam dasar bukan besi, kimia dasar organik dari hasil pertanian, perhiasan dan barang berharga, serta semikonduktor dan komponen elektronik lainnya,” katanya.
Dari sisi negara tujuan, Tiongkok tetap menjadi mitra dagang terbesar bagi ekspor non-migas Indonesia, dengan nilai mencapai 40,44 miliar dolar AS atau tumbuh 8,68 persen secara tahunan.
Selain itu, Amerika Serikat mencatatkan nilai ekspor sebesar 20,60 miliar dolar AS, disusul oleh India sebesar 12,59 miliar dolar AS. Pertumbuhan ini menunjukkan diversifikasi pasar ekspor Indonesia semakin solid di tengah dinamika ekonomi global.
Secara bulanan, pada Agustus 2025, total nilai ekspor nasional tercatat 24,96 miliar dolar AS, meningkat 5,78 persen dibandingkan Agustus tahun lalu.
Peningkatan ini sebagian besar ditopang oleh ekspor non-migas yang naik 6,68 persen menjadi 23,89 miliar dolar AS.
Salah satu penyumbang terbesar adalah komoditas lemak dan minyak hewani/nabati termasuk minyak sawit yang melonjak hingga 51,07 persen secara tahunan, dengan kontribusi 5,18 persen terhadap total ekspor bulan tersebut.
Dengan tren pertumbuhan yang stabil pada sektor pengolahan dan komoditas unggulan, prospek ekspor Indonesia menuju akhir tahun 2025 dipandang cukup menjanjikan. Pemerintah dan pelaku usaha didorong untuk terus memperkuat daya saing produk ekspor dan memperluas penetrasi pasar non-tradisional.
“Peningkatan ekspor ini mencerminkan ketahanan sektor industri pengolahan dalam menghadapi tantangan global dan fluktuasi harga komoditas,” pungkas Habibullah.
Tags:
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *