KONSULTASI
Logo

Ekspor Cangkang Kelapa Sawit Turun, Jepang Masih Jadi Pengimpor Utama

10 November 2025
AuthorHendrik Khoirul
EditorDwi Fatimah
Ekspor Cangkang Kelapa Sawit Turun, Jepang Masih Jadi Pengimpor Utama
HOT NEWS

sawitsetara.co – JAKARTA – Ekspor cangkang kelapa sawit atau Palm Kernel Shell (PKS) Indonesia mengalami penurunan dalam setahun terakhir, meskipun masih menjadi daya tarik di pasar global, menurut laporan CNBC Indonesia Research.

Data dari Satudata Kemendag menunjukkan bahwa nilai ekspor PKS dengan kode HS 14049091 mencapai US$ 538,3 juta pada periode Oktober 2024-Oktober 2025. Angka ini turun 8,74% secara tahunan (YoY).

Penurunan ini disebabkan oleh meningkatnya persaingan pasokan biomassa dunia dan pengetatan regulasi impor energi berbasis limbah di beberapa negara maju.

Jepang tetap menjadi pasar utama bagi ekspor cangkang sawit Indonesia, dengan porsi lebih dari 94% atau senilai US$ 507,65 juta. Namun, kinerja ekspor ke Jepang juga mengalami penurunan sebesar -8,91% YoY.

Sawit Setara Default Ad Banner

Penurunan ini dipicu oleh kebijakan pemerintah Jepang yang meninjau ulang subsidi energi biomassa demi efisiensi pengurangan emisi karbon. Kebijakan ini mendorong pembangkit listrik di Jepang untuk beralih ke biomassa domestik.

Selain Jepang, Thailand dan Singapura juga mengalami penurunan ekspor cangkang kelapa sawit. Thailand mencatat penurunan sebesar 30,38% YoY menjadi US$ 14,8 juta, sementara Singapura turun 9,67% YoY menjadi US$ 8,48 juta.

Penurunan ini mencerminkan perlambatan proyek biomassa baru di Asia Tenggara. Di sisi lain, Eropa Timur menjadi harapan baru dengan Polandia mencatat peningkatan ekspor fantastis hingga +2.987% YoY menjadi US$ 5,33 juta. Portugal juga mengalami kenaikan 48,7% YoY menjadi US$ 1,72 juta.

Malaysia mengalami kontraksi tajam -46,8% YoY menjadi hanya US$ 0,30 juta. Hal ini menunjukkan bahwa pasokan biomassa Indonesia kini lebih terserap ke pasar di luar Asia Tenggara.

Sawit Setara Default Ad Banner

Pasar-pasar baru seperti Jerman, Taiwan, Vietnam, dan Belanda juga mulai menerima ekspor cangkang sawit, meskipun dalam skala kecil. Kemunculan destinasi baru ini memberi sinyal positif bahwa produk biomassa Indonesia mulai diterima di pasar yang memiliki standar keberlanjutan tinggi, terutama di Eropa.

Secara keseluruhan, penurunan nilai ekspor sebesar US$ 51,6 juta menjadi alarm bagi Indonesia untuk mendiversifikasi pasar dan meningkatkan efisiensi rantai pasok. Peluang ekspor cangkang sawit masih terbuka lebar, terutama jika Indonesia mampu bersaing dengan komoditas energi terbarukan lainnya.

Sebagai produk sampingan industri sawit, cangkang sawit mencerminkan ekonomi sirkular Indonesia. Masa depan ekspor cangkang sawit RI akan sangat bergantung pada kemampuan industri menyesuaikan diri dengan standar karbon internasional dan memperluas jangkauan ke pasar non-tradisional.


Berita Sebelumnya
GAPKI Soroti Lambatnya PSR dan Dampak Kebijakan B50 terhadap Ekspor maupun Harga Minyak Goreng

GAPKI Soroti Lambatnya PSR dan Dampak Kebijakan B50 terhadap Ekspor maupun Harga Minyak Goreng

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Eddy Martono menyampaikan pandangannya terkait sejumlah isu krusial dalam industri kelapa sawit. Mulai dari lambatnya peremajaan sawit rakyat (PSR) hingga potensi dampak kebijakan B50 terhadap ekspor dan harga minyak goreng dalam negeri.

| Berita

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *