
sawitsetara.co – BALI – Siapa bilang produk pertanian tidak mampu bersaing dengan produk internasional? Egrek Merah Putih mampu membuktikan bahwa produknya mampu bersaing dengan egrrek buatan luar negeri. Saat ini egrek tersebut menjadi mitra Asosiasi Petani Kelapa Sawitt Indonesia (APKASINDO) dan hadir dalam Indonesia Palm Oil Conference (IPOC) 2025.
“Kita mampu bersaing dengan produk egrek buatan luar negeri. Bahkan egrek buatan kami sudah tersertifikasi SNI (Standar Nasional Indonesia),” kata Shafa fauziyah Asisten Peneili Egrek Digital Merah Putih.
Tidak hanya itu, lanjut Syafa, egrek buatannya juga dilengkapi dengan perangkat ringan yang mampu medeteksi tandan buah segar (TBS) yang sudah matang dan yang belum. Adapun tingkat akurasi deteksi kematanganbisa 98% dan alatnya menggunakan baterai isi ulang.
“Dengan alat tersebut para pekebun dapat memilih dan memilah TBS mana yang harus dipanen,” jelas Shafa di sela-sela berlangsungnya gelaran IPOC 2025, kepada sawitsetara.co di Bali, Jum’at (13/11/2025).

Selain itu, Shafa menjeaskan,, Egrek Merah Putih ini sudah diuji coba di beberapa daerah. Hasilnya Egrek Merah Putih bisa memaksimalkan kerja pekebun dan bisa lebih efisien. Hal ini lantaran Egrek Merah Putih lebih tajam dan dapat membedakan mana yang sudah matang dan yang belum.
Egrek Merah Putih juga telah dicoba dengan material Japanese Spring Steel (JSS), High Speed Steel (HSS), dan chainsaw steel. Saat ini versi iterasi ke lima prototipe bilah mampu secara efektif memotong pelepah dan tangkai TBS dengan 2 hingga 5 kali tarikan. Hasil ini akan terus diperbaiki, untuk memastikan egrek dapat bersaing dengan kompetitif dengan produk komersil.
Dalam gelaran IPOC 2025, di hari pertama Egrek Merah Putih terjual 14 unit dimana 12 egrek yang reguler dan 2 unit yang premium. Dari 14 unit tersebut dibeli oleh pekebun Sulawesi Barat sebanyak 1 unit, lampung 6 unit, Sumatera Selatan 1 unit dan Jambi 1 unit.

“Kita berharap produk-produk peranian lokal bisa lebih berkembang lagi terlebih untuk alat perkebunan kelapa sawit. Hal ini penting mengingat Indonesia sebagai produsen kelapa sawit terbesar di dunia. Sehingga membutuhkan alat-alat yang inovatif dan buatan dalam negeri,” harap Shafa.



Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *