KONSULTASI
Logo

BPDP Bersama APKASINDO Dorong PSR untuk Wujudkan Swasembada Pangan

16 September 2025
AuthorIbnu
EditorIbnu
BPDP Bersama APKASINDO Dorong PSR untuk Wujudkan Swasembada Pangan
HOT NEWS

sawitsetara.co – JAKARTA – Ketahanan pangan merupakan salah satu isu penting dalam pembangunan suatu negara,terutama di negara berkembang seperti Indonesia. Sebagai negara agraris, Indonesia memiliki potensi pertanian yang melimpah untuk mendukung kebutuhan pangan nasional.

Namun, meskipun memiliki potensi besar, Indonesia masih menghadapi sejumlah tantangan dalam mencapainya, seperti ketergantungan yang tinggi terhadap impor bahan pangan, fluktuasi harga pangan, serta ketimpangan dalam distribusi dan produksi pangan antar daerah.

Lebih lanjut, meskipun sektor perkebunan kelapa sawit memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian daerah, Indonesia masih menghadapi masalah serius terkait dengan ketahanan pangan. Salah satu masalah utama yang dihadapi adalah rendahnya produktivitas tanaman pangan yang dapat memenuhi kebutuhan pangan lokal dan mengurangi ketergantungan pada impor pangan.

Seperti diketahui bahwa Presiden terpilih Prabowo Subianto mempunyai cita-cita untuk mewujudkan Biodiesel 50 persen berbahan sawit atau dikenal dengan B50. Maka itu, dengan naiknya kebutuhan minyak sawit untuk bahan bakar diesel akan naik juga kebutuhan crude palm oil (CPO).

“Petani sawit dituntut memberikan sumbangsih dalam bentuk tandan buah segar (TBS). Oleh karena itu kita harus memproduksi TBS yang setinggi-tingginya, diantaranya dengan menggani tanaman tua atau rusak dengan tanaman yang baru yang menghasilkan produktivias tinggi melalui program PSR,” terang Sekjen Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO) Rino Afrino.


Sawit Setara Default Ad Banner

Selain itu, banyak petani kelapa sawit kecil yang memiliki kebun dengan produktivitas rendah akibat tanaman yang sudah berumur tua dan tidak lagi menghasilkan optimal. Dalam konteks ini, Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) menjadi salah satu solusi penting untuk meningkatkan produktivitas kelapa sawit, namun juga memiliki potensi untuk diintegrasikan dengan pengembangan tanaman pangan dalam upaya mewujudkan swasembada pangan.

Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) adalah program yang dicanangkan oleh pemerintah untukmenggantikan pohon kelapa sawit yang sudah tua dengan bibit unggul, guna meningkatkanproduktivitas perkebunan kelapa sawit rakyat.

Program PSR ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan petani sawit rakyat, mengurangi kerugian akibat rendahnya hasil produksi, serta memperbaiki kualitas lingkungan dengan menggunakan bibit unggul yang lebih ramah lingkungan. Program ini, meskipun berfokus pada kelapa sawit, dapat diintegrasikan dengan tanaman pangan sebagai bagian dari sistem pertanian yang lebih holistik dan berkelanjutan.

Namun, Rino mengingatkan program PSR ini tetap harus didorong, tapi pada dasarnya semua mudah dilaksanakan jika kita mau berusaha. Contoh perserta harus mempunyai KTP, KK, SHM, dan lainnya. Jika SHM-nya tidak ada maka bisa digantikan dengan ganti bisa pakai surat keterangan tidak sengketa atau surat keterangandari desa.


“Semua ada solusinya, asalkan kita mau berusaha,” tegas Rino.


Sawit Setara Default Ad Banner

Dalam konteks ini, integrasi PSR dengan tanaman pangan yg menawarkan peluang besar untuk mengoptimalkan penggunaan lahan secara lebih efisien. Pemanfaatan lahan sawit yang telah diremajakan, jika digabungkan dengan pola tanam yang beragam (diversifikasi tanaman), tidak hanya akan meningkatkan produktivitas kelapa sawit, tetapi juga dapat membantu menciptakan ketahanan pangan lokal.

Diversifikasi tanaman pangan yang bisa dikembangkan di lahan PSR, seperti padi, jagung, kedelai, dan hortikultura lainnya, diharapkan dapat meningkatkan ketersediaan pangan, memperbaiki ekonomi petani, serta memberikan kontribusi besar bagi upaya mencapai swasembada pangan.

Penerapan sistem pertanian terintegrasi antara peremajaan kelapa sawit dan tanaman pangan diharapkan dapat memberikan manfaat ganda. Di satu sisi, program PSR dapat memperbaiki produktivitas sawit rakyat yang sudah tua dan tidak produktif, sementara di sisi lain, tanaman pangan yang diintegrasikan akan memberikan pendapatan tambahan bagi petani, mengurangi ketergantungan mereka pada satu komoditas, dan memperkuat ketahanan pangan di daerah tersebut.




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *