
sawitsetara.co – JAKARTA – Di tengah sorotan tajam terhadap industri sawit yang kerap dikaitkan dengan isu emisi, biodiesel sawit muncul sebagai solusi yang tak terduga. Ia adalah “green crush” yang secara diam-diam mendorong Indonesia semakin dekat dengan target iklim globalnya.
Data terbaru menunjukkan bahwa biodiesel sawit adalah salah satu pahlawan energi bersih yang berperan penting dalam mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK), terutama di sektor energi dan transportasi.
Dilansir dari laman Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), biodiesel sawit digunakan untuk menggantikan solar fosil, yang merupakan salah satu penyumbang emisi terbesar di Indonesia.
Keunggulannya tak perlu diragukan lagi: pembakaran yang lebih bersih, tidak beracun, terbarukan, serta dianggap lebih berkelanjutan dan diterima secara global.

Hasilnya nyata. Sejak kebijakan mandatori biodiesel diterapkan, penghematan emisi meningkat pesat. Pada 2010, Indonesia menghemat sekitar 592,3 ribu ton CO₂ ekuivalen. Pada 2020, angka tersebut melonjak menjadi 22,3 juta ton CO₂ ekuivalen, meningkat 400 kali lipat hanya dalam satu dekade.
Angka ini tidak hanya besar, tetapi juga strategis dalam memenuhi komitmen Indonesia di Perjanjian Paris. Dalam dokumen Nationally Determined Contribution (NDC), Indonesia menargetkan penurunan emisi sebesar 29% secara mandiri dan 41% dengan dukungan internasional pada tahun 2030.
Untuk sektor energi dan transportasi, target pengurangan pada tahun 2020 ditetapkan sebesar 0,038 Giga Ton CO₂ ekuivalen. Melalui B30, Indonesia mampu memenuhi hingga 59% dari target tersebut, sebuah pencapaian yang semakin mengukuhkan peran biodiesel sawit dalam transisi energi hijau.
Industri sawit pun bertransformasi dari yang awalnya dianggap sebagai “biang masalah lingkungan” menjadi bagian penting dari solusi. Dengan menggantikan solar fosil yang boros emisi, biodiesel sawit secara konsisten membantu menurunkan emisi nasional dan memperkuat posisi Indonesia dalam upaya global untuk menahan laju perubahan iklim.

Masa depan energi hijau dari sawit semakin menjanjikan. Indonesia sedang mengembangkan bahan bakar hijau seperti green diesel, green gasoline, dan green avtur, yang lebih ramah lingkungan. Selain itu, bioenergi generasi kedua dari biomassa dan generasi ketiga berbasis POME (Palm Oil Mill Effluent) juga dinilai sangat potensial sebagai sumber energi berkelanjutan.
Dengan berbagai keunggulan dan inovasi ini, biodiesel sawit kini bukan hanya sekadar bahan bakar alternatif. Ia adalah “si manis” yang secara diam-diam bekerja keras membantu Indonesia mencapai target NDC dan memperkuat posisinya sebagai pemain penting dalam agenda energi hijau global.



Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *