KONSULTASI
Logo

Akhir November 2025, Perundingan Tarif Resiprokal AS Ditergetkan Selesai

4 November 2025
AuthorIbnu
EditorIbnu
Akhir November 2025, Perundingan Tarif Resiprokal AS Ditergetkan Selesai
HOT NEWS

sawitsetara.co - JAKARTA – Pemerintah terus melakukan melakukan perundingan dengan Amerika Serikat (AS) terhadap produk Indonesia seperti kelapa sawit, kopi, kakao, kayu dan lainnya. Kementerian Perdagangan (Kemendag) menargetkan perundingan tarif resiprokal akan selesai pada November 2025.

Perundingan dengan AS dalam menetapkan tarif balasan tersebut dilakukan pemerintah secara hati-hati dengan memperhatikan posisi tawar-menawar (bergaining positions) Indonesia. Pemerintah menginginkan agar produk-produk Indonesia yang tak diproduksi oleh AS bisa mendapatkan tarif resiprokal 0%.

"Kita ingin produk-produk kita yang tidak diproduksi oleh Amerika, tetapi diekspor ke sana yang mendapatkan 0%," kata Menteri Perdagangan, Budi Santoso, Selasa (4/11/2025).


Sawit Setara Default Ad Banner

Terkait dengan Tarif Resiprokal, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mewakili Pemerintah Indonesia sudah melakukan pertemuan dengan Pemerintah AS yang diwakili oleh U.S. Secretary of Commerce, Howard Lutnick dan United States Trade Representative, Jamieson Greer pada Rabu (9/07).

Pertemuan ini menjadi langkah penting dalam melakukan pembahasan lanjutan terkait kebijakan tarif pemerintahan Presiden Trump, pasca diterbitkannya Surat Presiden Trump kepada Presiden Prabowo Subianto tanggal 7 Juli 2025, yang menyampaikan besaran tarif resiprokal untuk Indonesia dan masa pemberlakuan yang akan mulai pada tanggal 1 Agustus 2025.

Merespon secara cepat penyampaian besaran tarif melalui Surat Presiden Trump tersebut, Menko Airlangga segera menuju Washington DC untuk menemui dan melakukan pembahasan dengan Pemerintah AS. Menko Airlangga ditemui langsung oleh 2 pejabat AS yang memang mempunyai kewenangan dan tugas dalam pembahasan tarif resiprokal, yaitu Secretary Lutnick dan Ambassador Greer. Delegasi Indonesia menjadi salah satu negara pertama yang diterima langsung oleh Pemerintah AS untuk membahas kelanjutan dari proses perundingan tarif. Hal ini mencerminkan kuatnya komitmen untuk menjaga stabilitas hubungan dagang antar kedua negara.


Sawit Setara Default Ad Banner

Dalam pertemuan tersebut, Airlangga menyampaikan apresiasi atas proses negosiasi yang selama ini berjalan konstruktif dengan pihak AS. Perundingan telah mencapai kemajuan dan kesepakatan-kesepakatan yang mencakup mengenai isu-isu tarif, hambatan non-tarif, ekonomi digital, keamanan ekonomi, serta kerja sama komersial dan investasi.

Sesuai dengan Surat dari Presiden Trump dimaksud, Indonesia dan AS sepakat untuk mengintensifkan kembali perundingan tarif dalam tiga minggu ke depan (sampai menjelang tanggal pemberlakuan 1 Agustus 2025), untuk memastikan hasil terbaik bagi kedua belah pihak. “Kita sudah memiliki pemahaman yang sama dengan AS terkait progress perundingan. Kita akan mengoptimalkan waktu dalam tiga minggu ke depan, untuk secara intensif merundingkan lebih lanjut dan menuntaskan perundingan tarif ini dengan prinsip yang saling menguntungkan,” ujar Airlangga.

Sekedar catatan, pada tahun 2024, ekspor minyak sawit Indonesia ke AS mencapai volume sekitar 1,39 juta ton dan nilai sekitar USD1,88 miliar. Indonesia menjadi pemasok utama minyak sawit untuk AS, dengan pangsa pasar sekitar 89%. Meskipun begitu, ada tantangan pada tahun 2025 karena ancaman tarif impor oleh AS yang berpotensi menurunkan volume ekspor lebih lanjut.





Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *