sawitsetara.co – JAKARTA – Indonesia, sebagai salah satu produsen sawit terbesar dunia, menghadapi tantangan signifikan: hampir 60% alat panen sawit, egrek, masih diimpor. Menjawab tantangan ini, Dr. Eng. Erwin Widodo, dosen dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, menciptakan “Egrek Digital Merah Putih”.
Inovasi ini tidak hanya bertujuan mengganti impor bilah egrek tetapi juga meningkatkan produktivitas panen melalui alat deteksi kematangan buah sawit. Sejak 2022, Dr. Erwin dan timnya telah mengembangkan egrek ini secara interaktif dan komprehensif. Ia sering membawa egreknya untuk diuji di kebun sawit, lalu meminta feedback untuk penyempurnaan.
“Sampai sekarang, egrek ini telah berevolusi sampai tujuh kali. Kami desain lalu dicoba, begitu terus kami lakukan,” jelas Eru ini, sapaan akrab sang peneliti, dikutip dari Majalah Sawit Indonesia. “Detektor kematangan buah sawit juga telah mencapai versi kesembilan dan terus disempurnakan.”
Dalam presentasinya di Pekan Riset Sawit 2024, Erwin mengungkapkan bahwa tim telah merancang dan memproduksi beberapa versi bilah egrek, mempertimbangkan standar SNI, masukan dari uji coba lapangan, dan pemilihan material optimal. Uji coba dilakukan di berbagai lokasi seperti Blitar, Banten, Kalimantan, dan Sumatera untuk memastikan kinerja optimal.
“Eksperimen menggunakan material seperti Japanese Spring Steel (JSS), High Speed Steel (HSS), dan baja gergaji mesin menunjukkan bahwa prototipe bilah ke-5 mampu memotong pelepah dan tangkai TBS dengan efektif,” kata dia.
Selain bilah, desain galah egrek juga telah direvisi hingga versi ketiga, dengan fokus pada pengurangan berat, peningkatan kekuatan, dan kemudahan penggunaan. Penggunaan material aluminium menggantikan material sebelumnya untuk mengurangi berat. Mekanisme teleskopik dan berbagai jenis klem juga telah diuji untuk mengoptimalkan fungsionalitas galah.
Fitur unggulan Egrek Merah Putih adalah detektor kematangan (Ripeness Detector). Tim telah mengembangkan perangkat lunak dan 48 antar muka pengguna. Versi ketujuh detektor ini mengintegrasikan kamera CCTV yang terhubung secara nirkabel ke perangkat Android, memproses gambar secara real time_menggunakan model AI.
Model AI ini telah dilatih menggunakan dataset yang dikumpulkan selama pengujian alfa dan mampu mendeteksi kematangan TBS dengan akurasi hingga 98%. Dr. Erwin bilang, pendeteksi kematangan buah ini akan mempermudah pekerja panen untuk mengambil keputusan berbasis data. Karena foto TBS yang sudah matang dapat diketahui secara langsung.
Dr. Erwin juga menjelaskan bahwa Egrek Merah Putih didesain sebagai sistem terintegrasi. Namun, saat komersialisasi, akan dipasarkan secara modular atau terpisah, dengan opsi pembelian lengkap melalui bundling pricing dengan harga diskon. Egrek digital ini dilengkapi dengan sensor sudut, sistem bantu potong, dan kamera pendeteksi tingkat kematangan buah berbasis machine learning.