sawitsetara.co, SUBULUSSALAM – Turunnya harga Crude Palm Oil (CPO) berimplikasi terhadap harga beli Tandan Buah Segar (TBS) oleh Pabrik Kelapa Sawit (PKS) seterusnya sampai ke petani diduga akibat pernyataan presiden yang melarang ekspor minyak goreng dan CPO. Hal ini membawa efek psikologis kepada distributor CPO atau eksportir sehingga menurunkan harga beli CPO dari PKS.
Turunnya harga TBS menjelang IdulfIitri bagaikan petir di siang bolong, hal ini sangat berimbas kepada petani kecil yang kehilangan pendapatan minimal 20% per sekali panen.
“Sungguh sangat terasa, berharap jelang hari raya dapat tambahan pendapatan kiranya pupus oleh sebuah kebijakan,” ujar Damhuri, seorang petani sawit di Subulussalam.
Diketahui informasi harga supplier di Kota Subulussalam pada tanggal 23 April turun sebesar Rp50/kg, dilanjutan dengan tanggal 24 April turun sebesar Rp200/kg, tanggal 25 April ikut turun Rp300/kg, per tanggal 25 April 2022 harga TBS di Kota Subulussalam menjadi Rp2.600,-.
Menurut Damhuri yang juga merupakan anggota Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO), para petani mengurangi biaya produksi seperti pupuk dan pemeliharaan untuk menyikapi turunnya harga TBS yang terjadi saat ini. Selain itu ia juga berharap agar kebijakan penghentian ekspor minyak goreng dan CPO dibatalkan.
“Hentikan subsidi migor dalam negeri, alihkan ke subsidi biaya pemeliharaan kelapa sawit, biarkan harga CPO sesuai harga global atau biarkan CPO sesuai harga pasar dunia,” ujar Damhuri.
Damhuri menilai kebijakan penghentian ekspor ini merugikan petani Indonesia, tapi menguntungkan petani Malaysia dan negara lain.
Jur: Tridara Merninda /Red: Arif Annugraha