sawitsetara.co – JAKARTA – Kelapa sawit adalah salah satu komoditas unggulan yang menjadi andalan banyak negara tropis, termasuk Indonesia. Tanaman ini dikenal sebagai sumber utama minyak kelapa sawit yang digunakan dalam berbagai kebutuhan, mulai dari makanan, kosmetik, hingga bahan bakar biodiesel. Namun, tahukah kamu bahwa kelapa sawit hampir mustahil tumbuh di Eropa? Ada banyak alasan ilmiah dan geografis di balik fakta ini yang mungkin belum kamu ketahui.
Berbeda dengan negara-negara di Asia Tenggara atau Afrika, Eropa memiliki kondisi alam yang tidak bersahabat bagi pertumbuhan kelapa sawit. Ada berbagai faktor yang memengaruhi, meskipun teknologi pertanian di Eropa sangatlah maju, faktor alam tetap menjadi tantangan besar yang sulit diatasi.
1. Suhu yang Terlalu Dingin
Suhu yang sangat dingin sangat tidak cocok bagi pertumbuhan alami tanaman sawit. Kelapa sawit membutuhkan suhu rata-rata 24–28 derajat Celcius. Rata-rata di Eropa ketika memasuki musim dingin, tidak memungkinkan tanaman bertahan hidup. Dilansir dari laman Britannica, rata-rata tahunan suhu yang ada di Islandia saja bisa sampai 0 derajat Celcius dan Spanyol bisa sampai 10 derajat Celcius.
Hal ini justru sangat menghambat perkembangan tanaman kelapa sawit tumbuh dengan baik. Selain suhu, perbedaan antara siang dan malam di Eropa juga menjadi tantangan. Di beberapa wilayah, khususnya di musim dingin, sinar matahari yang sangat minim semakin memperparah kondisi pertumbuhan tanaman tropis ini. Kelapa sawit juga membutuhkan cahaya matahari yang cukup untuk menghasilkan energi yang diperlukan agar bisa berkembang.
2. Kurangnya Cahaya Matahari Sepanjang Tahun
Eropa memiliki periode musim dingin yang panjang dengan siang hari yang pendek. Padahal, kelapa sawit membutuhkan banyak cahaya matahari untuk proses fotosintesis yang optimal. Selama musim dingin, siang hari menjadi sangat singkat, bahkan di beberapa negara seperti Norwegia atau Swedia, matahari hampir tidak terlihat selama berminggu-minggu. Padahal, kelapa sawit adalah tanaman tropis yang membutuhkan sinar matahari melimpah sepanjang tahun.
Tanpa cukup cahaya matahari, kelapa sawit tidak bisa menghasilkan buah secara optimal. Selain itu, intensitas cahaya matahari di Eropa juga cenderung lebih rendah dibandingkan kawasan tropis. Hal ini menjadi masalah besar karena kelapa sawit memerlukan setidaknya 5–7 jam paparan sinar matahari setiap hari. Inilah salah satu alasan kuat mengapa kelapa sawit tidak dapat tumbuh di daratan Eropa.
3. Iklim yang tidak mendukung
Kelapa sawit tumbuh subur di iklim yang lembap dan hangat. Eropa memiliki iklim subtropis dan sedang, tidak memiliki kelembapan yang tinggi. Kelembapan yang tinggi sangat diperlukan untuk pertumbuhan tanaman ini. Iklim dan cuaca di Eropa sangatlah berbeda dengan wilayah yang dilewati garis ekuator. Dilansir dari laman European Space Agency, iklim di Eropa dibagi menjadi tiga bagian dari utara ke selatan.
Daerah utara meliputi kawasan kutub, sedangkan daerah selatan adalah daerah tropis, dan daerah tengah terletak di garis lintang tengah, di mana gradien suhu utara sampai selatan paling bervariasi. Dengan kata lain, ini adalah tempat di mana massa udara kutub yang dingin bertemu dengan udara tropis yang hangat.
4. Jenis Tanah yang Tidak Cocok
Jenis tanah untuk tanaman kelapa sawit agar bisa tumbuh adalah tanah yang kaya nutrisi, dengan karakteristik lempung berpasir atau gambut yang mampu menyimpan air sekaligus memiliki drainase yang baik. Sayangnya, sebagian besar tanah Eropa, terutama di daerah pegunungan atau kawasan yang sering tertutup salju, tidak memenuhi kriteria tersebut. Tanah yang ada di daratan pegunungan Eropa cenderung berbatu, padat, dan memiliki kadar keasaman tanah yang tinggi akibat suhu dingin.
Selain itu, kandungan bahan organik tanah di Eropa tidak setinggi kawasan tropis. Hal inilah penyebab perbedaan suhu dan curah hujan yang memengaruhi pembusukan material organik di dalam tanah. Bahkan beberapa wilayah, tanah lebih sering membeku saat musim dingin sehingga menghambat aktivitas mikroorganisme yang penting untuk kesuburan tanah. Tanpa jenis tanah yang tepat, kelapa sawit akan sulit bertahan, apalagi menghasilkan panen yang optimal.
5. Musim Dingin yang Beku
Salju saat musim dingin dapat merusak akar dan batang kelapa sawit. Suhu beku membuat tanaman ini tidak bisa bertahan di daratan Eropa. Kelapa sawit yang berasal dari iklim tropis, tidak memiliki mekanisme alami untuk bertahan dari suhu ekstrem ini. Bahkan dalam hitungan hari, jaringan tanaman bisa membeku dan mati, membuat kelapa sawit tidak mungkin bertahan hidup di musim dingin.
Selain merusak struktur tanaman, suhu di musim dingin juga menghambat proses metabolisme kelapa sawit. Dalam kondisi dingin, kemampuan tanaman untuk menyerap air dan nutrisi dari tanah menurun drastis. Hal ini membuat kelapa sawit kehilangan kemampuan untuk tumbuh, meskipun mendapatkan perawatan khusus. Inilah alasan mengapa musim dingin menjadi salah satu tantangan terbesar bagi tanaman ini.
6. Tidak Ekonomis untuk Ditanam di Eropa
Kelapa sawit memang dikenal sebagai salah satu tanaman perkebunan dengan nilai ekonomi tinggi. Namun, menanamnya di Eropa bukanlah ide yang menguntungkan. Alasannya sederhana, iklim Eropa yang cenderung dingin dan jauh dari karakteristik tropis membuat tanaman ini sulit tumbuh secara alami. Untuk menyesuaikan lingkungan, diperlukan fasilitas tambahan seperti rumah kaca, teknologi pengaturan suhu, dan pencahayaan buatan. Semua ini memerlukan biaya besar yang jauh melampaui potensi keuntungan dari produksi kelapa sawit itu sendiri.
Tidak hanya itu, durasi tumbuh kelapa sawit juga menjadi tantangan di Eropa. Di daerah tropis, tanaman ini bisa berkembang dengan optimal dalam waktu singkat karena intensitas matahari dan kelembapan yang tinggi. Sebaliknya, Eropa dengan kondisi tersebut sulit terpenuhi meskipun menggunakan teknologi canggih. Hal-hal ini menjadikan budidaya kelapa sawit di Eropa tidak efisien secara ekonomi. Dibandingkan dengan menanam di wilayah tropis seperti Asia Tenggara, keuntungan yang dihasilkan tidak sebanding dengan modal yang dikeluarkan.
Dengan iklim yang tidak mendukung, biaya pemeliharaan yang tinggi, serta tantangan teknologi yang rumit, Eropa jelas bukan tempat ideal untuk budidaya kelapa sawit. Tanaman ini membutuhkan lingkungan tropis yang hangat dan lembap agar dapat tumbuh optimal. Alih-alih memaksakan diri menanamnya di Eropa, lebih baik fokus pada pengelolaan perkebunan kelapa sawit di daerah asalnya dengan cara yang berkelanjutan. Hal ini tidak hanya lebih efisien, tetapi juga berkontribusi pada keseimbangan ekosistem global. (Sumber: idntimes.com)