sawitsetara.co – JAKARTA – Direktur Jenderal Industri Agro, Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Putu Juli Ardika mengungkapkan bahwa Kemenperin telah berhasil menormalisasi tata kelola produksi distribusi ekspor minyak goreng (RBD Palm Olein) pada masa outbreak akhir tahun 2021 sampai dengan tahun 2022.
“Kemenperin telah mengoperasikan Sistem Informasi Minyak Goreng Curah (SIMIRAH) sebagai platform pengendalian pasokan dan harga minyak goreng beserta bahan bakunya lingkup nasional dan memdukung proses pengambilan keputusan secara realtime, responsif, transparan, dan berbasis peran serta masyarakat secara massif,” tutur Putu.
Seperti diketahui berdasarkan catatan Gabungan Pengsaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) bahwa produksi CPO (crude palm oil) bulan Februari 2024 diperkirakan mencapai 3.883 ribu ton atau turun 8,25% dari 4.232 ribu ton pada Januari 2024. Demikian pula dengan produksi PKO (palm kernel oil) diperkirakan turun sekitar 8,24% dari 402 ribu ton pada Januari 2024 menjadi 369 ribu ton pada Februari 2024. Turunnya produksi ini disebabkan antara lain jumlah hari kerja pada bulan Februari yang lebih sedikit dibandingkan bulan Januari.
Total konsumsi dalam negeri pada bulan Februari juga mengalami penurunan 4,02% dibandingkan bulan Januari 2024 yaitu dari 1.942 ribu ton menjadi 1.864 ribu ton. Konsumsi pada bulan Februari untuk pangan, oleokimia dan biodiesel mengalami penurunan secara berurutan menjadi 769 ribu ton, 175 ribu ton dan 920 ribu ton dari 800 ribu ton, 187 ribu ton dan 957 ribu ton pada bulan Januari atau turun masing-masing sebesar 3,87%, 6,42% dan 3,77%.
Ekspor olahan PKO naik dari 106 ribu ton menjadi 129 ribu ton (+23 ribu ton). Akibat dari penurunan volume yang besar tersebut, nilai ekspor bulan Februari hanya mencapai USD 1.808 Juta, turun dari USD 2.304 Juta pada bulan Januari, meskipun harga CPO cif Rotterdam naik dari USD 958/ton menjadi USD 965/ton.
Penurunan volume ekspor dari bulan Januari ke Februari yang terbesar terjadi untuk tujuan India yakni sebesar 287 ribu ton dari 527 ribu ton menjadi 240 ribu ton (-54,45%), diikuti tujuan Pakistan sebesar 97 ribu ton dari 284 ribu ton menjadi 187 ribu ton (-34,15%) dan tujuan Afrika sebesar 91 ribu ton dari 639 ribu ton menjadi 548 ribu ton (-14,24%) serta tujuan China sebesar 49 ribu ton dari 375 ribu ton menjadi 326 ribu ton (-13,07%) dan Bangladesh sebesar 43 ribu ton dari 77 ribu ton menjadi 34 ribu ton (-55,84%) serta EU sebesar 27 ribu ton dari 368 ribu ton menjadi 341 ribu ton (-7,34%).
Melihat data tersebut saat ini Kemenperin saat ini tengah menyusun Peta Jalan (Roadmap) Sawit Indonesia Emas 2045. Diharapkan pada tahun 2045 nanti, dapat tercapai postur industri kelapa sawit hulu hingga hilir yang berkelanjutan (sustainable) dan sejalan dengan ultimate goals pertumbuhan sektor industri yang mandiri, berdaulat, maju, berkeadilan, dan inklusif.
Kelapa sawit juga merupakan komoditas yang paling siap mendukung pencapaian Net Zero Emission (NZE) sektor industri tahun 2050. Sawit Indonesia Emas 2045 telah diarahkan untuk mengeliminasi emisi karbon pada industri sawit nasional.
“Kata kuncinya adalah pengembangan sektor industri yang berkelanjutan (sustainable) dan mampu tertelusur (treaceable) sebagai prasyarat penerimaan produk hilir kelapa sawit di pasar global,” pungkas Putu.
Jur: Yin, Ningrum