sawitsetara.co – JAKARTA – Perkebunan kelapa sawit memiliki areal yang cukup luas, untuk mengoptimalkan lahan yang luas tersebut, tumpang sari kebun kelapa sawit sudah berhasil dijalankan oleh banyak petani. Pola tumpang sari ini dimaksud agar lahan menghasilkan sementara tanaman sawit masih dalam proses replanting.
Kehadiran tanaman tumpang sari memiliki beberapa keuntungan. Petani sawit sangat disarankan untuk melakukan tumpang sari sawit dengan tanaman produktif dan potensi gulma menurun.
Berikut jabaran dari sawitsetara.co untuk petani sawit yang ingin optimalkan kondisi ideal lahan yang cocok untuk mengisi kekosongan disekitar pohon sawit:
- Suhu tinggi (25-28°C) sepanjang tahun, cocok untuk negara tropis seperti Indonesia.
- Minimal 5 jam sinar matahari per hari.
- Curah hujan tinggi (lebih dari 90 hari per tahun).
- Tanah kaya nutrisi, drainase baik, dan tahan pupuk.
- Ditanam di lahan rendah, di bawah 500 mdpl.
Setelah mengetahui kondisi ideal lahan yang cocok untuk pohon sawit, saatnya mengetahui 2 hal yang menjadi kunci kesuksesan tumpang sari, yakni:
- Waktu yang tepat: Panen setelah 4 tahun. Pohon tumbuh tinggi, jadi tumpang sari sebaiknya saat fase remaja (2 tahun) untuk sinar matahari.
- Jarak tanam: Sawit butuh nutrisi, khususnya nitrogen karenanya jarak tanam ideal adalah 9×9 m. Di fase remaja, sawit hanya menempati 5-15% lahan, naik jadi 60-65% saat dewasa dengan akar tersebar 0,5–3 m, dalam 10-40 cm dari permukaan tanah.
Jarak tanam yang lebar dan akar yang tidak menjulur setengah memastikan tanaman di antara dua pohon sawit tidak bersaing untuk nutrisi.
Untuk jenis tanamannya sendiri, pisang sering dipilih sebagai tanaman tumpang sari karena hasilnya tinggi dan waktu panen yang cepat.
Dengan adanya tanaman tumpang sari, ruang-ruang kosong dapat terisi tanaman yang bermanfaat dan menurunkan instensitas gulma.
Jur : Raihanatul Husna
Red:Ningrum