sawitsetara.co – BANDUNG – Perekonomian dunia hingga kini masih terus dibayangi awan hitam resesi. Bahkan untuk saat ini, tingkat kenaikan harga barang dan jasa atau inflasi pada sejumlah negara-negara di dunia diprediksi akan terus meningkat hingga akhir tahun.
Di Turki misalnya, tingkat inflasi yang terjadi sudah sangat tinggi mencapai 69,97%, Argentina 55,1%, Brazil 16,7%, Rusia 12%, dan Amerika Serikat sebagai barometer ekonomi dunia, mencapai 8,3%. Lantas bagaimana dengan Indonesia? inflasi Indonesia hanya mencapai 4,35%.
Keberhasilan Indonesia menahan dan menjaga inflasi, diyakini tidak terlepas dari pengelolaan sektor pertanian, khususnya di sektor perkebunan sawit.
“Perkebunan lagi-lagi menjadi bantalan utama perekonomian Indonesia. Sektor ini telah menunjukkan kinerja terbaiknya dalam kurun waktu tiga tahun terakhir ini. Pada masa pandemi covid-19 saat sektor lain lagi lesu sektor pertanian tumbuh dan tangguh. Momentum ini harus kita jaga bersama agar Indonesia bisa terus pulih tumbuh dan maju,” ungkap Direktur Perbenihan Perkebunan Ditjen Perkebunan, Kementerian Pertanian M. Saleh Mokhtar saat membuka Seminar Nasional Planter Indonesia (SNPI) II di Bandung, Rabu (19/10/2022).
Menurut M. Saleh, pada sektor perkebunan kelapa sawit di seluru Indonesia mampu menyerap 4,2 juta pekerja langsung yang terlibat di dalamnya dan 12 juta pekerja tidak langsung. Dari total luas sekitar 16,38 juta hektare perkebunan sawit yang dibudidayakan, sekiar 6,7 juta hektare di antaranya adalah lahan perkebunan kelapa sawit yang dikelola petani sawit yang bisa jadi adalah mitra para planter.
Namun demikian, saat ini sekitar 2,78 juta hektare perkebunan sawit berpotensi untuk dilakukannya peremajaan akibat pohonnya yang sudah tua dan tidak produktif lagi. “Ini termasuk perkebunan kelapa sawit yang masih muda namun memiliki produktivtas yang masih rendah, bisa jadi karena menggunakan bibit tidak bermutu,” ucapnya.
Rendahnya produktifitas sawit petani menurutnya juga menjadi perhatian Kementrian Pertanian. Tahun 2021 lalu kata M. Saleh, produktivas CPO rata-rata perkebunan kelapa sawit nasional hanya mencapai 3,9 ton CPO/hektare/tahun, ini jauh di bawah potensi produktivitas yang seharusnya bisa dicapai yakni 5-8 ton CPO/hektare/tahun.
“Upaya peningkatan produktivitas sawit masih menjadi isu utama dan harus terus kita lakukan salah satunya dengan melakukan peremajaan sawit rakyat dengan dukungan dari Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit yang sudah dilakukan semenjak 2016 lalu,” katanya.
Ketangguhan sektor perkebunan kelapa sawit dalam menopang ekonomi nasional Indonesia, sebelumnya juga pernah diungkapkan Direktur Utama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) Eddy Abdurrachman.
Menurut Eddy Abdurrachman, dari sisi ekspor industri kelapa sawit menyumbang devisa yang cukup besar, yakni sekitar 35 miliar dolar AS atau setara Rp539 triliun, atau 14%-15% dari ekspor non-migas nasional. Industri sawit juga mampu melibatkan 16-17 juta pekerja.
“Dari sisi petani, ada 2,4 juta petani yang mengelola perkebunan sawit. Sementara dari sisi perpajakan, memberikan sumbangan yang cukup besar, yaitu Rp14-20 triliun,” katanya dalam keterangan tertulisnya, Jakarta, Selasa (18/10/2022).
Jur: 03
Red: Maria Pandiangan