Rusia menggebuk dengan tangan Asia. Dia tak minjam lengan Asia. Rusia, bogem sejatinya Asia. Sebagian besar wilayahnya berada di Asia hingga mencapai Siberia dan Semenanjung Kamchatka menghadap perairan Jepang. Alaska di Amerika Utara juga adalah milik Rusia, lalu dijual kepada Amerika Serikat. Kini dua tanah berbungkus salju itu dibatasi oleh selat Bering.
Rusia itu negara (super besar) muka bumi. Apatah lagi bekas wilayah USSR (Uni Soviet) dulu. USSR itu kawasan geo-politiknya boleh disapa sebagai “Ke-Maha-Kaisar-an” Soviet. Wilayah Soviet ini berderai pada tahun 1991 (26 Desember), ditandai mundurnya sang Presiden Mikhail Gorbachev. Republik-republik dalam Soviet memekarkan diri menjadi Republik otonom hingga kini, termasuk Ukraina. Pun, Azerbaijan, Kazakhstan, Kirghistan, Georgia cs.
Ukraina, melahirkan bintang-bintang gemerlap; era Soviet ada Andrey Gromyko (Menteri Luar Negeri). Nama legendaris Vasily Grigoyevich Zaitsev (sang sniper ulung) dan paling ditakuti sedaratan Eropa Barat. Membunuh lebih 40 tentara musuh dalam jarak tembak 500-700 Meter. Dalam sastra; Taras Shevchenko. Di makam di atas puncak bukit Taras Kaniv. Bintang AC Milan Andriy Shevchenko; petenis cantik Elina Svitolina; petinju Wladimir Klischko dan Vasiliy Lomachenko. Artis juwita; Kathheryn Winnick, Olga Kurylenko, Mila Kunis. Ingat Kosmonaut pertama yang menjelajah ruang angkasa? Yuri Gagarin (era Soviet, asal Ukraina).
Ukraina memiliki bentang ladang bunga matahari terluas. Produksi minyak diekspor melalui Laut Hitam (Black Sea) selain jalur darat ke negara-negara Barat. Minyak bunga matahari adalah saingan utama minyak sawit dari Indonesia dan Malaysia. Sejak amuk Rusia di tanah Ukraina, minyak sawit melambung tinggi harganya di dunia. Pasokan minyak bunga matahari seakan terhenti. Berharap minyak kedelai di Brazil dan Argentina? Benua selatan ini tengah didera musim panas. Jarak angkut kapal tanker menerobos Asia dan Eropa demikian jauh membelah Antlantik dan Pasifik.
Wah sawit: kerap ditempeleng Eropa dalam kampanye hitam. Saat ini Rusia membantu sawit tampil laksana balerina. Sawit hadir dengan keperkasaan berjenang berkat Rusia menerjang Amerika dan NATO. Paling untung saat ini, Malaysia. Dia lah pengekspor sawit terbesar, ketika Indonesia menerapkan pembatasan ekspor minyak sawit ke serata dunia. Yang jelas harga minyak sawit dunia melambung. Petani, bernyanyi…
Rusia bak gigantis bagi Ukraina. Ukraina menerima prank dari Barat, khususnya NATO. Dia berperang sendirian tanpa bantuan Barat. Rusia bisa membumi hanguskan Ukraina dalam satu malam. Tapi itu bukan pilihan. Rusia selektif dalam perang musim dingin: hanya melumpuhkan infrastruktur militer Unkraina dan mengepung Kiev (Ibukota); setelah Karkhyv tumbang.
Amerika dan NATO amat kuatir masuk ke medan laga: bakal pecah Perang Dunia ke-3. Rusia tak main-main dengan nuklir: satu diantara kekuatan nuklir dunia. Sebelum pidato Putin yang menggelegar dunia, dia sudah konsultasi dengan Kaisar Timur bernama Xi Jinping. Jinping berkata: “Rusia, sejak saat ini kalian jangan bermental era perang dingin lagi.” Duhhh… apa maksudnya? Ragam tafsirnya: Jangan takut, maju terus. Kami kekuatan ekonomi raksasa dunia hari ini. Kami kuasa riil militer dan nuklir masa ini. Atau lebih singkat: “China, punyai Bulan dan Matahari.”
Sawit bersiul dan bernyanyi tra laa la dan tri li li… berkat himpun amarah Putin kepada Barat..
Rusia ingin keseimbangan global. Jangan didikte oleh satu knop bumi yang ada di Barat dan NATO. Prancis diam dalam kehati-hatian. Ini negara sosialis sejati di tanah Barat. Mungkin pula Jerman di era Kanzelir Angela Merkel akan bercerita lunak dalam isu Nazifikasi yang dituduhkan berlangsung oleh rezim Volodymyr Zelenksyy di Luhanks dan Donetsk. Sebab Merkel adalah humanitirian-politician gahara (trauma Jerman kalah oleh Rusia perang Dunia ke-2).
Kebohongan adalah “proyek Kerajaan Barat” bagi Putin. Rusia memerlukan buffer zone (wilayah penyangga). Jangan coba meletakkan infrastruktur militer dan hulu ledak nuklir langsung di garis sempadan Rusia dengan Barat; alias menebas eksisten Ukraina. Daripada Barat yang melibas Ukraina, lebih cantik dan elegan kami (Rusia) yang serumpun bangsa dan bahasanya (Slav Timur). Kami menjunjung slogan: “Lebih baik berunding satu hari daripada perang 10 tahun.”
Sanksi Barat? Oowww, tak kan mempan. Tak kan ampuh. Rusia punya segalanya. Mereka sejak lama sudah mengandal uang Krypto dan memindahkan aset terbesar ke China. Dan China adalah kawan sejati (dan memang jiran satu sempadan). China tak kan sejengkal pun mengenal istilah sempadan beringsut. Ada lagi variabel India (walau diam) karena kemesraan Amerika-Pakistan. Warrdekeum…
Sawit terus berlantun tra la la tri li li, sejak perang empat hari.
Jinping? Menganut jalan perang Sun Tzu: sang jenderal maestro. Bagi Sun Tzu, perang kota adalah perang terbodoh. Maka hindarilah. Perang yang bermartabat itu kata Sun Tzu, kita berada di seberang sungai menyaksikan api rimbun membakar bangunan dan infrastruktur di seberang sana. Dan Putin menyahut jalan ini. Barat alias NATO mati gaya.
Negara-negara Amerika Latin pun tra la la tri lili… (mereka punya minyak kedelai dan anti pati mendalam kepada jiran mereka bernama Amerika Serikat).
Daria Kaleniuk, jurnalis wanita Ukraina dalam sebuah wawancara, menyembur amarah dengan bentak keras ke PM Inggris Boris Johnson: “Inggris takut perang. Karena tak berani datang ke Kiev.” Kaleniuk memohon agar Inggris dan NATO menerapkan zona larangan terbang di atas langit Ukraina. Johnson bergeming.
“Anda datang ke Polandia. Tapi takut masuk ke Kiev,” ujar Kaleniuk geram. Johnson menjawab: “Inggris dan NATO tak bisa menerapkan zona larangan terbang. Karena akan diikuti penembakan pesawat Rusia.” Dan inilah yang dinanti-nanti Putin; sumbu pecahnya Perang Dunia ke-3.
Sudah cukup Barat dan Amerika memporak-poranda Iraq, Libya, Iran, Suria, ujar Putin dalam pidato menggelegar itu. Ukraina? Ohhh tunggu sejenak dan berjenak-jenak.
Sawit tra la la tri li li…
Xi Jinping tetap senyum dingin tanpa ekspresi…