sawitsetara – JAKARTA – Dalam Focus Group Discussion (FGD) yang diselenggarakan oleh sawitsetara.co dengan tema Biodiesel untuk Negeri, Ketua Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC), Witcak Darmosarkoro menjelaskan bahwa kenapa Eropa menghajar minyak kelapa sawit itu lebih dikarenakanperebutan pasar minyak nabati yang dihasilkan dari kelapa sawit dengan minyak nabati yang dihasilkan fari tanaman lainnya seperti soybean oil (minyak kedelai), sunflower oil (minyak bunga matahari) dan linnya.
“Di eropa sana selalu menghajar (kelapa sawit) karena berebut pasar dalam hal ini pasar minyak nabati. Sebab di Eropa sana juga memproduksi minyak nabati lainnya. Jadi kalau mau perang ya yang baguslah jangan menjelek-jelekan produsen minyak nabati lainnya, dalam hal ini kelapa sawit,” jelas Witcak.
Melihat fakta ini maka Witcak mengajak para generasi muda untuk memahami hal yang sebenarnya terjadi. “Jangan sampai kita didalam negeri sendiri terpecah-belah dengan berasumsi kelapa sawit itu merusak alam. Padahal sejatinya tidak seperti itu,” ungkap Witcak.
Contoh, untuk menghasilkan 1 ton minyak kelapa sawit hanya membutuhkan lahan 0,3 hektar (ha), sementara rapeseed oil butuh lahan seluas 1,3 ha, sunflower oil (minyak bunga matahari) seluas 1,5 ha dan soybean oil (minyak kedelai) seluas 2,2 ha.
Artinya dalam hal ini kelapa sawit lebih ramah lingkungan karena tidak membutuhkan lahan yang luas untuk menghasilkan minyaknya. Apalagi jika dihitung dari kebutuhan pupuk dan pestisidanya, dan itu sudah dilakukan penelitian oleh beberpa universitas, diantaranya Universitas di Jambi.
“Jadi penggunaan kelapa sawit tidak untuk pangan saja tapi juga untuk bioenergy atau biodiesel sudah sangat tepat sekali,” tegas Witcak.
Menurut Wicak itupun baru dilihat dari segi kebutuhan nasional, belum lagi dilihat dari segi kebutuhan minyak nabati untuk dunia, hanya kelapa sawitlah yang mampu mengisi kebutuhan minyak nabati untuk dalam negeri dan dunia. Sebab minyak kelapa sawit tidak membutuhkan lahan yang cukup luas seperti minyak nabati lainnya.
“Jadi sudah benar bahwa dengan biodiesel dapat menjaga harga. Lalu juga menggerakkan ekonomi baik ekonomi nasional dan juga ekonomi petani,” terang Witcak.
Lalu, lanjut Witcak yang tidak kalah penting yakni dengan biodiesel maka bisa menciptakan kemandirian energi dan ini sangat bagus bagi suatu negara yang mempunyai sumber energi terbarukan.
“Atas dasar itulah kita terus melakukan advokasi terhadap kelapa sawit, hal ini penting agar kita tidak terus dibodoh-bodohi pihak luar, ini menjadi pembuktian bahwa kita pintar dengan melakukan berbagai penelitian untuk mebuktikan bahwa yang mereka utarakan tidak benar,” papar Witcak.
Lalu belum lagi tuduhan bahwa minyak kelapa sawit itu tidak sehat. Padahal menurut beberapa penelitian hanyak minyak nabati yang berasal dari kelapa sawitlah yang mengandung vitamin E atau antinoksidan, dan kandungannya 62 kali lebih banyak dibandingkan dengan minyak nabati lainnya.
“Jadi mari kita kampanyekan fakta-fakta kelapa sawit, karena kelapa sawit itu baik,” pungkas Witcak.