sawitseara.co – JAKARTA – Pakar sawit di Indonesia, Prof. Dr. Budi Mulyanto, mengatakan bahwa pernyataan Presiden Prabowo Subianto yang menyebut sawit sebagai aset nasional sangatlah tepat.
Menurut Prof. Budi, pernyataan tersebut sangat beralasan mengingat tanaman sawit dapat tumbuh dengan baik di Indonesia. Saat ini, luas area tanaman sawit di Indonesia telah mencapai 16,8 juta hektare.
“Apa yang disampaikan oleh Presiden Prabowo bahwa sawit adalah aset nasional, menurut saya sangat tepat. Saya ulangi, sangat tepat. Karena apa? Karena tanaman sawit itu bisa tumbuh dengan sangat baik di Indonesia,” kata Prof. Budi di Jakarta.
Di samping itu, sawit juga merupakan mesin besar yang sangat efisien dalam menyerap karbon, memproduksi oksigen, serta menghasilkan berbagai bahan yang diperlukan oleh kehidupan, sekaligus menangkap sinar matahari.
“Kalau kita lihat bagaimana sawit berinteraksi di dalam alam ini, luar biasa. Saya melihat sawit adalah mesin besar untuk menyerap karbon,” tutur Prof. Budi.
Menyusul pernyataan tersebut, peraih gelar Master (S2) dan Doktor (S3) di Rijk Universiteit Ghent (RUG) ini menegaskan bahwa pandangan yang menyebutkan sawit sebagai penyebab emisi sangatlah keliru.
Menurut dia, jika seseorang memahami proses fotosintesis pada tumbuhan, akan jelas bahwa tumbuhan, termasuk sawit, memiliki kemampuan untuk menyerap karbon dari atmosfer.
“Kalau ada orang yang ngomong sawit itu penyebab emisi, itu saya katakan salah besar. Kalau kita kenal bahwa tumbuhan itu adalah menyerap karbon, fotosintesis, ya itu pasti menyerap karbon,” kata dia.
“Sawit itu net menyerap karbon, bukan net emisi,” sambung Ketua Pusat Studi Sawit Institut Pertanian Bogor ini. “Itu yang terpenting. Dan mesin besar itu adalah sawit, yang selain menyerap karbon, juga mengikat energi.”
Lebih lanjut, Prof. Budi menekankan pentingnya pengembangan perkebunan sawit ke depan. Menurutnya, pernyataan Presiden yang menyebut sawit sebagai salah satu sektor yang harus diurus dengan serius adalah sangat tepat.
“Jadi, kalau Pak Prabowo menekankan bahwa pangan, energi, air, itu bagian daripada program penting yang harus diurusi. Dan kemudian mengurusi yang pertama adalah sawit, tepat sekali. Saya katakan tepat sekali,” tegas dia.
Menurut Prof. Budi, perluasan kebun sawit ini perlu dilakukan. Tanpa itu, program-program yang digagas Prabowo terkait dengan pengembangan Biodiesel 40 persen (B40), B50, dan lainnya tidak akan berjalan lancar.
“Tanpa perluasan kebun sawit, pasokan produksi sawit kita akan terganggu, dan ini tentu saja akan mengganggu perekonomian Indonesia,” jelas Prof. Budi.
“Persamaan sederhananya kan begini, produksi sama dengan konsumsi pangan, plus konsumsi untuk biodiesel, plus ekspor. Ketiganya harus diurus baik. Kalau enggak, ya enggak bagus,” pungkasnya.