sawitsetara.co – BANTEN – Sudah bukan rahasia lagi bahwa lahan petani sawit yang ada saat ini tidak sedikit yang sudah tua atau diatas 25 tahun. Akibatnya produktivitas tandan buah segar (TBS) milik petani dibawah rata-rata.
Melihat hal ini maka pemerintah mengeluarkan program peremajaan sawit rakyat (PSR). Namun program PSR ditambah dengan tumpang sari sawit – pagi (gogo). Contohnya seperti tanaman perdana di Provinsi Banten ini, yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Perkebunan dilahan Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO).
Menanggapi hal ini maka Wakil Ketua APKASINDO Bidang II, Yunus menyambut baik. Sebab dengan adanya PSR yang ditambah dengan tumpang sari sawit -padi (gogo) diharapkan bisa menambah ekonomi petani.
“Jadi disaat petani belum bisa melakukan panen terhadap TBS maka petani akan mendapatkan penghasilan dari tanaman sela yakni padi gogo. Selain itu dengan tanamann sela ini maka diharapkan bisa mewujudkan ketahanan pangan,” harap Yunus yang mendampingi Sekjend DPP APKASINDO, Rino Afrino.
Namun, Yunus juga berharap, pemerintah juga bisa mengawal program tumpang sawit – padi (gogo) ini. Sebab pola budidaya tanaman perkebunan dalam hal ini sawit berbeda dengan pola tanaman pangan dalam hal ini padi gogo. Organisme pengganggu tanaman (OPT)nya pun berbeda antara sawit dengan padi.
“Jadi dengan pola budidaya yang berbeda diharapkan adannya PPL (Petugas Penyuluh Lapang) yang dapat mendampingi para petani sawit yang sedang menjalankan program PSR yang disispkan dengan program tumpang sari sawit – padi (gogo) ini. Sehingga saat melakukan budidaya sawit – padi (gogo) bisa berjalan maksimal. Padinya menghasilkan sawitnya pun dapat berproduksi,” ungkap Yunus.
Yunus pun optimis, meskipun pola budidayanya berbeda tapi jika ada PPL maka petani sawit pasti bisa melakukan budidaya terhadap padi sembari menunggu tanaman sawitnya menghasilkan TBS.
Ditempat yang sama, Ketua DPW APKASINDO Banten, H.Wawan menyampaikan bahwa pihaknya sangat antusias sekali dengan adanya program PSR yang disisipkan dengan tumpang sari sawit padi (gogo) ini, dan ini sangat membantu sekali bagi petani seperti di Banten.
Melalui PSR ini maka produktivitas petani akan meningkat. Tanam perdana ini akan ditanamkan seluas 127 hektar.
“Harapan kedepannya mudah-mudahan bantuan benih, dan pupuk oleh pemerintah bisa terus berjalan dengan ditambah sumur pompa disekitar lahan,” Wawan.
Sementara itu, Plt. Direktur Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian, Heru Tri Widarto mengungkapkan bahwa ketahanan pangan itu cerminan keberhasilan dan simbol keberlanjutan pertanian maupun keberlanjutan ekonomi.
“Saya memberikan apresiasi kepada petani sawit di Provinsi Banten yang menlakukan PSR dengan cara tumpang sari sawit – padi (gogo). Ini tidak hanya sekedar mengganti tanaman sawit yang sudah tua dengan benih bersertifikat, tapi juga mendorong swasembada pangan dan selaras dengan program Asta Cita Presiden Prabowo,” ungkap Heru.
Heru menambahkan, demi memenuhi kebutuhan pangan masyarakat kedepannya, maka Kementerian Pertanian berupaya mengoptimalkan lahan sawit melalui program PSR dengan tanaman sisipan padi (gogo). “Saya yakin dan optimis dengan hal ini maka produktivitas TBS petani meningkat dan dapat mewujudkan sawsembada pangan,” pungkas Heru (yin)