sawitsetara.co -YOGYAKARTA- Ratusan insan hebat perkelapasawitan dari seluruh Indonesia, dijadwalkan akan menghadiri Forum Sawit Indonesia (FoSI) 2022 yang digagas Pusat Sains Kelapa Sawit (PSKS) Instiper Yogyakarta pada 28 hingga 30 November di Yogyakarta.
Menurut Ketua PSKS Dr Purwadi, FoSI 2022 diselenggarakan oleh PSKS-INSTIPER bersama sejumlah mitra dari asosiasi perkelapasawitan dan kelembagaan lainnya, yaitu dari BPDP-KS, DMSI, GAPKI, APKASINDO, GIMNI, APROBI, APOLIN, AIMNI, MAKSI dengan dukungan perusahaan di bidang perkelapasawitan serta media partner yaitu Sawitsetara.net, Majalah Sawit Indonesia, Majalah Media Perkebunan, Majalah Hortus Archipelago.
“Pada forum ini kami ingin memetakan dan mengkaji kebijakan dalam pengembangan industri sawit sepanjang rantai pasok untuk membangun daya saing dan keberlanjutan sistem industri kelapa sawit di Indonesia menuju Indonesia Emas 2045,” ujar Dr Purwadi.

Menurut Purwadi, bersamaan dengan FoSI 2022, sehari sebelum acara FoSI, tepatnya pada tanggal 28 Nopember 2022 terdapat dua iven forum diskusi yaitu POCOOF (Palm Oil COO Forum), yaitu forum diskusi yang mengundang para COO perkebunan kelapa sawit dan Juga PHCAF (PalmOIL Human Capital Forum), yaitu forum diskusi yang menghadirkan para Direktur, GM Human Capital atau HRD, serta pameran alat-mesin perkebunan dan Job Fair.
“Target forum diharapkan dapat memberikan masukan dan kebijakan-kebijkan yang mampu mempertahankan dan mendorong pengembangan daya saing Industri sawit menuju Sawit Indonesia 2045. POCOOF digagas dengan pemikiran bahwa keberlanjutan kelapa sawit Indonesia, tergantung daya saing terhadap minyak nabati lainnya. Daya saing kelapa sawit didalam proses produksi sangat tergantung pada produktivitas tanaman, efektivitas pemanfaatan teknologi yang akhirnya efisiensi ekonomi,” ucap Dr Purwadi.
Menurutnya, saat ini telah banyak tersedia teknologi dan juga generasi milleneal yang bisa dimanfaatkan untuk mentransformasikan manajemen perkebunan sawit yang lebih maju dan modern.
“Saat ini era sumberdaya lahan murah sudah terbatas, SDM tenaga kerja murah juga terbatas, perubahan iklim berjalan lebih cepat. Manajemen kebun yang presisi dengan penggunaan teknologi maju yang di tangan SDM milenial menjadi hal yang harus dilakukan,” ujar Purwadi.
Saat ini, perkembangan tata kelola kelapa sawit sudah mengarah pada pemanfaatan teknologi dan SDM milenal melalui mekanisasi, digitalisasi, robotik, IOT dan hal ini menjadi keniscayaan yang harus dilakukan untuk membangun efektifitas dan efisiensi operasi perkebunan kelapa sawit.
“Pada beberapa diskusi tentang teknologi di perkebunan kelapa sawit, muncul pertanyaan, kenapa mekanisasi perkebunan kelapa sawit di Indonesia perkembangannya lambat? Bahkan seperti menari poco-poco. Saya sampaikan, bahwa perusahaan kelapa sawit selama ini pemikirannya baru sebatas mencoba-coba untuk substitusi tenaga kerja dengan alat-mesin. Karena coba-coba, maka semangat transformasi, membangun perubahan menjadi masih rendah, kalau ada kesulitan effortnya juga rendah,” tambah Purwadi.
Purwadi mengatakan, mekanisasi perkebunan merupakan bagian dari sistem manajemen yang utuh dari sistem operasional, maka harus masuk menjadi satu kesatuan ekosistem menejemen operasional. Karena apa yang dilakukan baru sebatas mencoba-coba, dan lebih urusan susbstitusi tenaga kerja dengan mesin, maka akhirnya tidak ditemukan solusi dan sistem yang efektif untuk membangun efisiensi, bahkan justru menjadi tindak pemborosan.
“Mekanisasi merupakan bagian dari sistem operasional dalam manajemen kebun. Oleh karena itu yang harus dibangun adalah ekosistem, baik ekosistem introduksi alat-mesin maupun ekosistem manajemen operasional kebun. Dengan demikian, mekanisasi perkebunan bukan sekadar mengintrodusir alat mesin ke perkebunan, tapi pemanfaatan alat dan mesin dalam sebuah ekosistem baru manajemen kebun,’’ ucapnya.

Menurut Purwadi bersamaan dengan upaya mekanisasi, sebagian planter masih bingung dalam upaya digitalisasi pada manajemen kebun. Padahal kedua aspek tersebut adalah bagian dari ekosistem manajemen oprasional. Oleh karenanya, digitalisasi harus menjadi bagian integral dari mekanisasi.
“Mekanisasi akan lebih efektif jika dibarengi dengan digitalisasi. Maka desain eksosistem mekanisasi harus diintegrasikan dengan digitalisasi dan pengembangan database, agar efektivitas dan efisiensi manajemen bisa dicapai,” ujar Purwadi.
Selain itu, juga perlu adanya perubahan sistim pengupahan. Karena introduksi mekanisasi, digitalisasi akan merubah lanskap pada manajemen kebun, sehigga perlu adanya perubahan dan transformasi manajemen kebun, perlu model bisnis yang baru dan cara-cara baru.
Dikatakannya, mekanisasi adalah membangun sebuah ekosistem menajemen yang kompleks, kalau hanya sebatas mencoba-coba dipastikannya tidak kemana-mana. “Bahasa gaulnya poco-poco. Oleh karena itu Instiper melalui Pusat Sains Kelapa Sawit (PSKS), mengajak perkebunan kelapa sawit untuk melakukan diskusi model workshop untuk saling tukar pengetahuan, pengalaman dari teman-teman perkebunan terkait pelaksanaan mekanisasi dan digitalisalisasi di perkebunan kelapa sawit. Selanjutnya pada forum diskusi tersebut, PSKS akan mengusulkan pembentukan “Konsorsium Mekanisasi Perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia” sebagai wadah untuk melakukan saling tukar pengetahuan, pengalaman dan pengembangan mekanisasi perkebunan kelapa sawit Indonesia,” tegasnya.
Purwadi menegaskan, pihaknya mengundang perusahaan untuk berpartisipasi dan berkontribusi dalam kegiatan POCOOF yang akan diselenggarakan pada 28 November 2022 di Kampus Instiper Yogyakarta sebagai kegiatan tambahan kegiatan FoSI 2022.
“Mari semua berkontribusi agar kita berlari lebih cepat, lebih maju, lebih hebat. Jangan menunggu untuk berkontribusi hingga semua berjalan lancar dan beres, karena sejatinya di titik itu anda sudah ketinggalan,” ucap Purwadi.
Jur: 03
Red: Maria Pandiangan
Kelapa sawit kelihatannya menjanjikan, tapi itu hanya hayalan jika tid@k dibarengi dengan pembangunan pks