sawitsetara.co – BATU BARA – Direktorat Jenderal (Ditjen) Perkebunan lakukan tanam padi gogo di lahan peremajaan sawit rakyat yang berlokasi di Desa Laut Tador, Kecamatan Laut Tador, Kabupaten Batu Bara, Provinsi Sumatera Utara (Sumut) menjadi salah satu inovasi penting dalam pengelolaan lahan.
Plt. Direktur Jenderal Perkebunan, Kementerian Perttanian (Kementan) Heru Tri Widarto menyambut baik dan turut bergembira serta bersyukur dengan diselenggarakannya tanam padi gogo di lahan peremajaan sawit rakyat, karena para pekebun dapat memanfaatkan bantuan Program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) yang ditumpangsarikan dengan padi gogo.
“Program ini mengusung sebuah konsep inovatif yang tidak hanya memperhatikan keberlanjutan sektor perkebunan kelapa sawit untuk mendorong peningkatan produktivitas, tetapi juga bertujuan untuk mendukung swasembada pangan,” jelas Heru.
Menurut Heru, tumpang sari padi gogo di kebun kelapa sawit adalah sebuah strategi untuk memanfaatkan lahan perkebunan secara optimal, dengan menanam padi gogo sebagai tanaman sela. Program ini membuka peluang besar untuk meningkatkan produksi pangan tanpa harus mengorbankan kelapa sawit yang sudah menjadi komoditas unggulan kita. Dengan memanfaatkan waktu dan ruang yang ada, kita berharap dapat meningkatkan hasil pertanian sekaligus menjaga keberlanjutan kebun kelapa sawit.
Heru mengatakan program tanaman sela padi gogo ini juga diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi kesejahteraan petani dan masyarakat sekitar. Dengan adanya diversifikasi usaha tani, para petani dan pengelola kebun kelapa sawit dapat meraih keuntungan lebih, sekaligus berkontribusi pada pemenuhan kebutuhan pangan nasional.
Dalam hal ini, Ketua DPW APKASINDO Sumatera Utara, Gudalhari Harahap menyampaikan bahwa kegiatan tanam perdana sawit – padi (gogo) ini bagus.
“Karena program ini langsung dari bapak Presiden, kita dari APKASINDO harus ikut mensukseskan lah, sebab itu sudah kebijakan negara, meskipun banyak kekurangannya, contoh kekurangannya biaya budidaya padi gogo ini asing sama petani kelapa sawit karena kita bukan petani holtikultura, serta sosialisasi edukasinya belum terlalu pasif memang adanya resiko kekhawatiran gagal, kemudian biaya-biaya untuk pekerjaannya tidak ditanggung, sementara petani taunya itu PSR semua ditanggung, dan bagaimana dengan tanam padi? yang hanya ditanggungkan pupuk, bibit, herbisida dan petisida saja” ujar Gudalhari atau biasa disapa Gusdal.
Gusdal menyebutkan saat penanaman tadi itu seluas 86 hektar, sesungguhnya luasan itu kan yang bisa ditanam 30-34% dari luasan PSR, yang 66% itukan tanaman sawitnya.
“Nah yang sisanya itulah harapan jualan tanaman biji matahari paling yang di P2 atau TBM2 yang maksimal,” ujar Gusdal.
Gusdal berharap APKASINDO harus garda terdepan untuk memberikan CPCL (Calon Petani Calon Lahan) target di Sumut 26.000 hektar, dan Alhamdulillah mungkin di awal tahun 2025 itu sudah tercapai.