sawitsetara.co – JAKARTA – Lebaran tahun ini nampaknya petani sawit harus berbesar hati menggunakan baju tahun lalu. Terpantau tahun ini petani sawit memberikan “THR” nya ke perusahaan karena harga minyak sawit mentah yang terus menggerus dompet petani sawit.
Dilansir dari CNBC, harga crude palm oil (CPO) atau minyak sawit mentah di Bursa Malaysia terpantau amblas lagi di sesi pembukaan perdagangan hari ini (17/04/2023) sebanyak 2,5%, padahal di akhir minggu lalu kenaikan cuman 0,3%. Dengan demikian, harga CPO Malaysia dibuka dengan angka MYR 3.609 per ton
Dari sumber lain, bahkan terpantau FCPO (Crude Palm Oil Futures) membukukan kontrak CPO sebesar MYR 4.100 untuk bulan April 2023.
Jika di konversikan ke Rupiah Indonesia maka harga CPO di Malaysia bernilai antara Rp12.123 hingga Rp13.771 per kilogram nya.
Berbeda jauh dari Malaysia, harga minyak sawit mentah atau CPO di Indonesia malah diperdagangkan dengan harga yang sangat jauh dibawah.
Terpantau pada hari Senin, 17 April 2023 yang merupakan hari terakhir perdagangan di KPBN sebelum libur lebaran, harga CPO masih jauh dibandingkan harga Malaysia, yakni sebesar Rp11.390 per kilogram. Ini secara otomatis berimbas pada harga beli tandan buah segar (TBS) petani sawit yang juga ambruk.

Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO), Dr. Gulat ME Manurung, MP,C.IMA,C.APO., memandang miris situasi ini.
“Saya melihat belum satupun pejabat Kementerian terkait buka suara atau memberi penjelasan kepada petani sawit. Coba kalau cabai naik, atau bawang, atau tomat, atau gula naik, langsung operasi pasar besar-besaran. Ya mbok sesekali prihatinlah kami 17 juta petani sawit dan pekerja sawit ini,” tandas Gulat.
Dikatakan Gulat bahwa sebenarnya tidak susah menertibkan akal-akalan harga CPO dan TBS (tandan buah segar) ini, “Tapi gak ada yang bergerak hatinya. Jadi wajar saja Pak Jokowi membentuk Satgas Tatakelola Industri Sawit karena hulu-hilir sawit Indonesia gak bisa diselesaikan dengan cara biasa-biasa saja,” tutur Gulat ketika dihubungi sawitsetara.co dari kantor Kedutaan Besar Denmark.
Jika anjlok harga TBS dikaitkan ke besarnya biaya yang ditanggung oleh perusahaan untuk membayar THR, akan semakin lain pula ceritanya.
“Jika asumsi “kearifan lokal” THR ini digunakan sebagai alasan menjatuhkan harga CPO supaya modus menekan harga TBS petani jelang lebaran yang hingga saat ini sudah tertekan rerata Rp750/kg TBS, maka THR dari petani sawit adalah THR terbesar sedunia sebesar Rp3,7 Triliun,” rinci Gulat.
Masih juga gak ada yang memberikan nasihat bahwa itu tidak baik?, lanjut Gulat, “Atau perusahaan nakal masih juga belum bertobat? Maka 17 juta petani sawit dan pekerja sawit sepakat mengatakan kepada Pak Luhut Panjaitan, Ketua Satgas Tatakelola Sawit ‘Gas saja Oppung Luhut, jangan sampai ada yang gak rata”.
Jur : Goldameir
Red : Maria Pandiangan