sawitsetara.co – KUALA PEMBUANG – Petani plasma Wilmar di Kabupaten Seruyan Provinsi Kalimantan Tengah tersenyum bangga dalam konferensi pers kemarin (16/02/2023) karena kondisi ekonomi yang semakin membaik sejak menjadi bagian dari Wilmar Central Kalimantan Project.
Ahmad Syukur yang juga Kepala Desa Sembuluh II, Kabupaten Seruyan merupakan petani plasma PT Kerry Sawit Indonesia adalah salah satu dari petani yang telah menerima ha katas kebun plasma seluas 956,57 hektar.
Menurut Syukur, keadaan petani plasma saat ini semakin sejahtera bahkan ditengah ancaman krisis nasional.
“Dengan lahan 957 ini saja warga bisa sedemikian sejahtera,” ujar Syukur.
Menurut Syukur, indikasi kesejahteraan masyarakat terlihat jelas tidak hanya dari aspek ekonomi tapi juga dari aspek religi.
Dari aspek religi, saat ini makin banyak petani plasma di daerah tersebut yang memiliki kemampuan untuk berkurban, bahkan sampai mampu melakukan umroh.
Tercatat bahwa di kabupaten yang baru pemekaran di tahun 2002 ini, sudah ada 4 travel umroh yang beroperasi dan berhasil memberangkatkan 25 orang dalam setiap perjalanan nya.
Dari aspek lain, daya beli masyarakat juga semakin tinggi sebagaimana terlihat dari omzet pedang dan usaha menengah kecil mikro (umkm) yang semakin tinggi.
Pihak nya saat ini sedang memanfaatkan peningkatan ekonomi ini untuk membentuk Bumdes (Badan usaha milik desa.
“Seluruh hasil sawit nantinya akan dibeli oleh BUMdes tersebut. Dan rencananya kami akan membuat plasma sehingga dana nya dapat terkumpul,” ujar Syukur.
Hal ini diaminkan Ketua Koperasi Karya Bersama Tanjung Rangas, Rudiansyah yang menjelaskan bagaimana dampak positif program plasma juga dirasakan warganya, karena sebelumnya banyak warganya yang berprofesi sebagai nelayan malah sekarang berganti jadi petani plasma bersama 671 kk lainnya untuk mengelola lahan seluas 831 dibawah Koperasi ini.
Manager Plasma PT Mustika Sembuluh dibawah Wilmar Central Kalimantan Project, Pupung Pamungkas, dalam kesempatan tersebut menjelaskan bahwa memang terjadi peningkatan pendapatan masyarakat yang menjadi mitra melalui program plasma dalam 3 tahun terakhir.
Pendapatan petani mitra anggota plasma, dalam hal ini anggota Koperasi Karya Bersama, meningkat dari Rp1.800.000an per hektar pada tahun 2020, menjadi Rp2.700.000an per hektar pada tahun 2021 sampai menjadi rerata Rp3.555.000an per hektar pada tahun 2022.
Menurut Pupung, hal ini dimungkinkan karena perusahaan juga mendukung petani mitra nya dengan berbagai pelatihan seperti perpajakan dan akuntasi agar bisa mengelola kebun dan koperasi mereka seperti professional.
“Pelatihan itu merupakan salah satu bentuk transfer knowledge kepada petani plasma. Kami berharap kepengurusannya bisa lebih professional.Dan kami juga menawarkan pengelolaan cashflow, dengan merancang pemasukan dan pengeluaran kebun sehingga tidak mengganggu pendapatan petani per bulannya,” jelas Pupung.
Jur : Golda
Red: Maria Pandiangan