sawitsetara.co – JAKARTA – Petani sawit dari Provinsi Papua, Albert Yoku, memberi dukungan penuh dalam menepis black campaign NGO lingkungan yang tidak sependapat dengan Presiden Prabowo atas pidato yang disampaikan minggu lalu terkait sawit (30/12/2024).
Albert Yoku ketika dihubungi sawitsetara menanggapai tudingan terhadap Presiden Prabowo tersebut menyampaikan bahwa kita tidak mengarah pada lingkungan global warming, kita mengacu kepada kesejahteraan rakyat kita, itu kata kuncinya.
“Kami Berteriak Bangga dan Hormat kepada Presiden Prabowo, Beliau sangat Merah Putih dan tidak takut kepada siapapun untuk kepentingan masyarakat Indonesia” kata Albert Yoku dengan suara bergetar.
Selama ini mereka yang tidak menyukai sawit selalu berlindung atas nama lingkungan, patut ditelusuri oleh Kementerian terkait apa motif dan dari mana sumber dana mereka.
“Yang saya lihat selama ini adalah justru proyek mereka yang berkelanjutan, itu fakta” kata Albert Yoku.
Petani sawit yang ada dibawah pohon-pohon sawit itu adalah Manusia yang membutuhkan ekonomi keluarga, kesejahteraan harus dibangun dan kami selama ini petani sawit berjuang sendiri dan kami tidak merengek-rengek ke Pemerintah.
“Isi Pidato Bapak Presiden tersebut adalah fakta dan lebih mengarah kepada Kesejahteraan Manusia, karena itu apa yang disampaikan oleh Bapak Presiden Prabowo tentang optimalisasi sumber daya alam sesuai tujuan Asta Cita, semua sudah dipikirkan untuk kepentingan kesejahteraan rakyat Indonesia,” ujar Albert Yoku.
Isi Pidato Presiden Prabowo tersebut jangan diartikan sempit, yang dimaksud Presiden tersebut adalah optimalisasi Kawasan Hutan yang sudah tidak berhutan atau terdegredasi. Itu tugas Menteri Kehutanan menterjemahkannya.
“Harap membedakan Hutan dengan Kawasan Hutan, itu dua hal yang berbeda” ungkapnya.
Albert Yoku kembali menegaskan bahwa perkebunan sawit sangat akrab dari tiga dimensi keberlanjutan, yaitu dimensi ekonomi, sosial dan lingkungan dan tidak boleh satu dimensi mengalahkan atau meniadakan dua dimensi lainnya. Yang selama ini pihak NGO berat sebelah hanya memikirkan lingkungan tanpa melihat kesetaraan dimensi ekonomi dan sosialnya.
“Kami petani sawit sangat memahami keseimbangan tiga dimensi keberlanjutan tersebut, gak usah diajari oleh mereka” katanya.
Alber Yoku juga menyampaikan supaya pemanfaatan kawasan hutan yang sudah tidak berhutan tersebut diarahkan kepada masyarakat adat, yayasan atau koperasi.
“Bisa saja kerjasama dengan korporasi atau Bapak Angkat tetapi mayoritasnya harus dimiliki oleh masyarakat” ujarnya.
Kenapa pertambangan bisa diserahkan ke organisasi sosial keagamaan tetapi pemanfaatan kawasan hutan yang tidak berhutan untuk budidaya tanaman kelapa sawit tidak boleh ke yayasan, masyarakat adat atau koperasi?. Saya pikir Bapak Presiden sudah punya roadmap besar kesana, kata Alber Yoku dari Jayapura.
Jangan pernah menuduh Petani sawit merusak lingkungan, justru petani itu mengubah kawasan hutan yang tidak potensial menjadi produktif, itu faktanya.
Saya curiga orang yang menyudutkan sawit selama ini hanya pernah lihat sawit dari youtube, sehingga selalu meleset pemahamannya.
“Sehingga kami sebagai organisasi APKASINDO memberi dukungan penuh atas statement pada Pidato Presiden saat Rapat RPJM 2025-2029,” tutur Albert Yoku yang juga Ketua DPW APKASINDO (Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia) Provinsi Papua.
Perlu dicatat, bahwa kesejahteraan manusia yang utama, dan Indonesia masih memiliki luas hutan yang cukup luas diatas standart minimum, 125,66 juta hektar hutan alam atau 62,97% dari total luas daratan Indonesia, coba bandingkan dengan di Eropa, semua hutannya sudah habis yang ada hanya hutan buatan.
“Jadi Eropa itu sudah merusak hutannya sendiri terus mau mengkambingkan hitam kan kita yang ada disini. Tidak perlu ragu, perlindungan hutan (hutan yang berhutan) tetap kami lakukan di Papua, gak usah diajari kami orang Papua, tetapi untuk kawasan hutan yang sudah tidak berhutan harus dimanfaatkan untuk kesejahteraan manusia, itu harus kita utamakan dan Bapak Presiden tidak usah mendengar teriakan mereka, karena mereka juga tidak dengan sungguh-sungguh melakukan itu, semuanya ada yang order dan saya punya pengalaman untuk itu,” kata Albert.
Jur: Ningrum