sawitsetara.co – JAKARTA – Menepis tudingan miring yang dilontarkan NGO lingkungan atas pidato dari Presiden Prabowo saat rapat LPJM itu terkait rencana pembangunan jangka menengah nasional yang disampaikan pada tanggal (3012/2024) lalu.
Beberapa lalu saat rapat LPJM, Presiden Prabowo mengatakan tentang sawit bahwasannya, sawit itu adalah aset negara, sawit itu harus dijaga semua aparat penegak hukum, Bupati, Gubernur semua menjaga sawit, sawit itu juga harus dikembangkan jangan takut deforestasi.
Menteri Kehutanan sudah menyiapkan 20 juta hektar untuk dijadikan sumber ketahanan pangan, Namun malah ditanggapi negatif oleh NGO lingkungan.
Menanggapi hal tersebut peneliti senior yang sudah berpengalaman internasional, patut untuk di dengar pendapatnya, yaitu Dr.Ir.Yohannes Samosir, PDipAgrSt.
Dr. Yohannes mengatakan arahan Presiden Prabowo itu bagus, bahkan sangat bagus, beberapa hal visi yang sangat prinsip tersampaikan.
“Beberapa pertimbangannya terkait ketahanan pangan untuk mencapai hal tersebut tentu harus ada peningkatan yang sifatnya kuantitatif dalam arti perluasan areal untuk komuditi, tentu juga ada sisi kelemahan yang harus diminimalisir, itu sangat relevan, disitulah ilmu dan teknologi berperan” ujar Ph.D Alumni The University of Queensland, Australia ini.
Kemudian menanggapi atas komentar NGO terhadap sawit yang kaitannya ke Pidato Presiden Prabowo, menurut Dr.Yohannes bahwa kekhawatiran mereka ini kita bisa ambil saja sisi positifnya, sebagai pengingat, tetapi jangan sampai menghambat program yang direncanakan Pemerintah dan itu tugas Presiden yang diembankan oleh rakyat Indonesia untuk mensejahterakan dan menjaga semua dimensi sebagai suatu negara berdaulat.
“Sisi positif yang saya maksud itu dalam mengembangkan sawit ini tentu kekhawatiran mereka tentang sustainability yang dulu pernah dijalani bahwa kelapa sawit masih kurang baik. Sebagai suatu flashback bolehlah, tapi jangan lupa bahwa industri hulu-hilir sawit saat ini sudah jauh berbenah dan disitu sangat berperan SDM dan teknologi, sehingga perkembangan kedepannya ini lebih baik,” kata Dr. Yohannes lebih lanjut.
Kemudian Dr. Yohannes mengatakan bahwa kita sangat mampu dari SDM dan Teknologi untuk bidang perkelapasawitan ini, karena kita mempunyai pengalaman teknologi yang sudah cukup banyak dan mampu untuk menerapkan sustainibility. Kita juga punya modal pengalaman yang cukup panjang “Indonesia bukan pemula di sektor sawit, paling tidak sejak tahun tahun 1911 kita sudah melakukan budidaya kelapa sawit tentu ini pengalaman panjang dan luar biasanya perubahan pendekatan implementasi tiga dimensi pokok keberlanjutan, yaitu dimensi ekonomi, sosial dan lingkungan sudah merupakan roadmap sawit Indonesia, tinggal optimalisasi saja”.
Terkait ke lahan yang disiapkan oleh Menteri Kehutanan seluas 20 juta hektar, Dr. Yohannes yang juga Dewan Pakar DPP APKASINDO (Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia) mengatakan “Kita harus memahami dan membedakan kawasan hutan dengan hutan, itu dua hal yang jauh berbeda. Dan saya pikir ini perlu percepatan dengan membuka kawasan hutan yang potensial, dengan kriteria seperti kawasan hutan yang sudah tidak berhutan, kawasan hutan yang sudah terdegredasi atau kawasan hutan yang tidak mungkin dipertahankan karena berbagai hal, namun yang pasti bukan hutan primer, kita semua sepakat itu dan itu PR kita bersama”.
Selanjutnya ia mengatakan, ada 31,8 juta hektar kawasan hutan yang berpotensi untuk itu dengan kriteria tadi (terdegredasi). Saya rasa ini kesempatan Indonesia membantu dunia untuk menghindari deforestasi karena dengan mengembangkan perkebunan sawit yang prioritasnya jauh lebih tinggi dari tanaman penghasil minyak nabati lainnya, maka pemenuhan kebutuhan minyak nabati untuk umat manusia sudah terpenuhi dari sawit, jadi tidak perlu lagi hutan dibuka dinegara penghasil minyak nabati selain sawit. “Memang harus dilakukan secara terukur dan perluasan itu harus mengutamakan untuk koperasi atau yayasan, artinya melibatkan masyarakat sebagai pengelolanya secara profesional,” kata Dr. Yohannes kepada sawitsetara.co
Saya juga melihat bahwa perluasan perkebunan sawit ini harus sejalan prinsip tumpang sari dengan tanaman pangan dan ide Presiden Prabowo ini dengan luas jutaan hektar belum pernah ada dimuka bumi ini. Sebagai anak bangsa yang mendambakan Indonesia Emas di 2045 wajib mendukungnya, ini kesempatan kita untuk menuju kesana, ujarnya.
Jur: Ningrum