sawitsetara.co – BOGOR – Menurut Kepala Pusat BSIP Perkebunan, Kementerian Pertanian, Kuntoro Boga Andri, isu lingkungan seperti deforestasi dan emisi gas rumah kaca (GRK) menjadi tantangan besar dalam pengelolaan perkebunan kelapa sawit. Pendekatan bioindustri berkelanjutan menawarkan solusi yang tidak hanya ramah lingkungan tetapi juga mampu meningkatkan produktivitas dan nilai tambah bagi industri kelapa sawit.
Salah satu pendekatan bioindustri yang menjanjikan adalah integrasi kelapa sawit dengan ternak sapi. Program ini memungkinkan pemanfaatan lahan perkebunan secara efisien melalui penggembalaan ternak di bawah tegakan kelapa sawit.
“Limbah hasil perkebunan seperti pelepah sawit dan bungkil kelapa sawit dapat diolah menjadi pakan ternak, sehingga mengurangi ketergantungan pada pakan komersial,” ungkap Kuntoro.
Selain itu, lanjut Kuntoro, kotoran ternak yang dihasilkan dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik, meningkatkan kesuburan tanah dan mengurangi penggunaan pupuk kimia yang berdampak negatif pada lingkungan. Integrasi ini tidak hanya membantu menurunkan biaya operasional tetapi juga memberikan diversifikasi pendapatan bagi petani kecil.
“Pemanfaatan limbah kelapa sawit sebagai biomassa juga menjadi bagian penting dari pendekatan bioindustri. Limbah seperti tandan kosong, serat, dan cangkang kelapa sawit dapat diolah menjadi bioenergi, seperti listrik atau bahan bakar nabati. Teknologi ini mampu mengurangi ketergantungan pada sumber energi fosil, mendukung transisi menuju energi terbarukan, serta menekan emisi GRK (gas rumah kaca),” papar Kuntoro.
Pemanfaatan limbah ini juga membantu mengurangi volume limbah yang dibuang ke lingkungan, sehingga mengurangi risiko pencemaran.
Selain itu, Kuntoro menjelaskan, pengembangan biopestisida berbasis minyak atsiri merupakan langkah inovatif yang menjawab kebutuhan pengelolaan hama dan penyakit secara ramah lingkungan.
Biopestisida yang berasal dari minyak atsiri seperti serai wangi atau cengkih tidak hanya efektif mengendalikan organisme pengganggu tanaman (OPT), tetapi juga aman bagi lingkungan dan kesehatan manusia.
Upaya ini dapat mengurangi penggunaan pestisida kimia yang berpotensi mencemari tanah dan air serta membahayakan keanekaragaman hayati.
“Dengan penguatan riset, teknologi, dan kebijakan yang mendukung, pendekatan ini dapat meningkatkan daya saing industri kelapa sawit Indonesia di pasar global,” pungkas Kuntoro. (yin)