JAKARTA – Kelangkaan minyak goreng sudah berlangsung hampir 3 bulan, namun model resolusi yang telah ditawarkan pemerintah tak kunjung disambut secara maksimum oleh produsen crude palm oil (CPO) dan minyak goreng. Padahal ini bukanlah pekerjaan yang sulit, jika dikomunikasikan terlebih dahulu ke semua stakeholder sawit.
Gerakan bersifat spontanitas yang sudah dilakukan berbagai pihak jika tidak diiringi perbaikan “kanal” sumbatnya, maka gerakan tersebut hanya bersifat temporer dan tidak berkelanjutan.
Hal itu disampaikan General Manager Musim Mas Group, Togar Sitanggang.
Menurut Togar, dalam kondisi sekarang ini di mana masih terjadi kelangkaan minyak goreng hampir merata di seluruh Indonesia, gerakan tersebut tentu sangat menolong.
“Sebagaimana gerakan atau lebih tepat dikatakan gebrakan domestic market obligation (DMO) dan domestic price obligation (DPO) oleh Asian Agri Group yang akan memasok 13 juta liter minyak goreng murah, tentu hal ini sangat membantu dan menolong,” ujarnya.
Bahkan Togar mengungkapkan, Musim Mas Group sebagai perusahaan sawit yang bergerak dari hulu sampai hilir akan memasok 13,03 juta liter minyak goreng bekerja sama dengan anak-anak perusahaannya.
“Nantinya skema distribusi minyak goreng murah itu dilakukan melalui operasi pasar dan distributor di daerah sehingga bisa sampai langung di tangan masyarakat,” tegas Togar.
Sementara itu lanjut Togar, perusahaan mendukung kebijakan DMO-DPO agar masyarakat secara merata dapat membeli minyak goreng dengan harga terjangkau.
“Selain itu, kami akan ikut berperan aktif mendukung kebijakan pemerintah,” katanya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Minggu, (20/2).
Agar penerima minyak goreng murah tepat sasaran, lanjut Togar, kegiatan operasi pasar tersebut akan menggandeng instansi seperti pemerintah daerah dan dinas perindustrian/perdagangan.
Sejak 22 Januari 2022, Togar mengatakan perusahaannya telah menyalurkan minyak goreng murah ke berbagai daerah di Indonesia. Sampai Maret 2022, pihaknya akan melanjutkan distribusi minyak goreng murah sampai 13,038 juta liter.
Menurut Togar, nantinya pendistribusian itu akan dilakukan melalui anak perusahaan diantaranya PT Musim Mas, PT Sukajadi Sawit Mekar, PT Maju Aneka Sawit, PT Globalindo Alam Perkasa, PT Indokarya Internusa, PT Intibenua Perkasatama, PT Mikie Oleo Nabati, PT Wira Inno Mas, PT Agro Makmur Raya, dan PT Megasurya Mas.
Di tempat terpisah, Ketua Dewan Pimpinan Wilayah Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (DPW APKASINDO) Provinsi Papua, Pdt. Albert Yoku, S.Th, sangat menyambut strategi gebrakan Musim Mas Group ini. Meski sejatinya tidak sulit menyelesaikan permasalahan yang menyulitkan masyarakat Indonesia ini, hanya dibutuhkan jiwa nasionalis dari semua produsen CPO dan minyak goreng.
“Saya sangat mengapresiasi perusahaan yang komitmen dengan regulasi, seperti Apical Group yang sebelumnya sudah melakukan hal yang sama, dan saat ini Musim Mas Group, dan berharap diikuti oleh perusahan lainnya,” ungkap Albert.
Sebentar lagi akan memasuki bulan suci Ramadhan dan Lebaran, sangat dibutuhkan kerja keras semua pihak, untuk menyelesaikan masalah sederhana ini.
Kepada pemerintah, ini harus dijadikan pelajaran penting bahwa produsen minyak goreng untuk kebutuhan dalam negeri, ke depannya harus berada di level koperasi dan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Begitupun lokasi pabriknya harus dekat dengan perkebunan sawit rakyat yang terbentang luas dari Sabang sampai Merauke.
Albert berharap, untuk ekspor biarlah yang besar-besar (korporasi, red) yang mengerjakannya karena itu satu-satunya cara supaya kejadian seperti saat ini tidak terulang lagi.
“Malu kita sebagai bangsa yang besar dan perkebunan sawit terluas di dunia, justru kelabakan menyediakan minyak goreng yang terjangkau untuk rakyat Indonesia,” ujarnya yang berharap 13 juta liter minyak goreng Musim Mas tersebut selamat sampai ke tujuan. (ea/mg)