sawitsetara.co – MAKASSAR– Ditengah Banjir yang tak kunjung surut, Petani sawit Dusun Gampua’e (Belawa) Desa Pattimang, Kec. Malangke, Kab Luwu Utara, Sulawesi Selatan tetap harus panen meski kondisi air masih cukup tinggi.
Tingginya air yang mencapai pinggang orang dewasa tersebut membuat petani sawit disana kesulitan melakukan panen, mereka terpaksa mengeluarkan biaya panen 2 kali lipat.
” Kami terpaksa mengeluarkan upah panen 2 kali lipat biasanya Rp 250 per kilogram, sekarang kami bayar Rp500 per kilogram, ” Ujar salah seorang petani FS, Minggu (31/08/2024).
Banjir yang menggenai lahan sawit Petani sudah berjalan 8 bulan atau dimulai dari bulan Januari 2024. Sumber Banjir sendiri berasal dari luapan dua sungai besar yakni Sungai Baliase dan sungai Masamba. Petani berharap ada perhatian serius dari pemerintah Daerah Kab Luwu Utara.
” Sejak warga melakukan unjuk rasa di kantor Bupati, Pemerintah sudah mulai perhatian dengan menurunkan alat berat, tapi upaya itu belum maksimal, Ia berharap tanggul yang jebol di sungai Baliase masuk ke anak sungai Masamba juga ditanggulangi, sebab titik penyebab Banjir Tanggul itu Harap FS.
Luas sawit di Desa pattimang yang terdampak Banjir mencapai ratusan hektar, sementara FS mengku memiliki lahan sawit yang terdampak sekitar 1 setengah hektar. “Wawancara ini mau dimuat media yaa pak, tolong nama saya diinisalkan, kami pendatang disini, tidak enak sama pemerintah dusun disini, waktu Unjuk rasa saja, kami dilarang ikut sama pemerintah dusun,” Tuturnya.
Jur: Mahmuddin
Red: Ningrum