sawitsetara.co – BALI – Berbagai langkah terus didorong oleh Kementerian Pertanian (Kementan) untuk meningkatkan produktivias tanaman, termasuk pada tanaman kelapa sawit yang dimana sekitar 40 persen dari sekitar 16 juta dimiliki oleh petani.
Dalam Konferensi Kelapa Sawit Indonesia ke-20 dan Outlook Harga 2025 (IPOC), Wakil Menteri Pertanian, Sudaryono mengungkapkan, beberapa strategi yang diterapkan dalam pengelolaan peningkatan produksi kelapa sawit dengan cara mendukung pertumbuhan ekonomi, kebutuhan energi, ketahanan pangan dan ekspor dengan tetap melindungi lingkungan.
Diantaranya lanjut Sudaryono, pertama Program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) harus dilaksanakan dengan menggunakan varietas unggul. Program ini ditargetkan pada lahan seluas 120.000 hektar (ha) per tahun dan didanai oleh Pemerintah Indonesia sebagai hibah (Rp. 60 juta/ha).
“Sejak tahun 2017, Indonesia telah berkomitmen untuk mendanai lebih dari 365.000 ha petani kecil dalam program ini,” jelas Sudaryono atau biasa disapa Mas Dar, di Nusa Dua, Bali.
Kedua, mendukung perusahaan perkebunan untuk meningkatkan hasil panen dengan menerapkan Good Agriculture Practices (GAP) dan varietas kelapa sawit yang menghasilkan lebih produktif.
“Ketiga, produksi minyak kelapa sawit telah dikritik karena menyebabkan deforestasi, kehilangan keanekaragaman hayati, dan emisi gas rumah kaca. Indonesia telah menanggapinya dengan menerapkan sistem sertifikasi minyak kelapa sawit berkelanjutan melalui ISPO (Indonesian Sustainable Palm Oil) dan kebijakan perubahan penggunaan lahan yang lebih ketat,” papar Mas Dar.
Keempat, inisiatif peningkatan hasil. Penekanan pada praktik terbaik dalam pengelolaan pertanian, bahan tanam dengan hasil tinggi, dan teknik pemanenan yang lebih baik
Kelima, penelitian dan pengembangan. ”Investasi dalam penelitian dan pengembangan untuk menghasilkan varietas kelapa sawit yang tahan penyakit dan berproduksi tinggi (tahan Ganoderma) dan mengembangkan pupuk yang efisien dan ramah lingkungan,” jelas Mas Dar.
Keenam, meningkatkan kualitas kelapa sawit petani. Memberikan bantuan teknis dan pelatihan untuk memastikan petani kecil 5 mengadopsi metode berkelanjutan, produktivitas tinggi, dan praktik pertanian dan pengelolaan yang baik.
“Kami yakin bahwa Indonesia dapat meningkatkan produksi dan produktivitas minyak sawit dalam beberapa tahun ke depan, sehingga produksi minyak sawit Indonesia masih dapat mencukupi untuk memenuhi konsumsi dalam negeri (untuk pangan, industri oleokimia, dan energi) serta permintaan global. Saya juga berharap bahwa kita dapat memperkuat kolaborasi antara lembaga pemerintah, industri, dan masyarakat global untuk mencapai tujuan B50 dan seterusnya,” papar Mas Dar.
Menurut Mas Dar, IPOC ke-20 ini sangat berarti karena tidak hanya menjadi forum pertukaran ide dan pengalaman, jugamerupakan bukti komitmen Indonesia untuk membangun industri kelapa sawit yang lebih berkelanjutan dan berdaya saing. “Pemerintah tentunya akan selalu berkomitmen untuk mendukung upaya tersebut, serta menetapkan kebijakan yang mengutamakan keberlanjutan dan memperkuat kapasitas industri nasional,” pungkas Mas Dar. (yin)