sawitsetara.co – JAKARTA – Budidaya tanaman kelapa sawit (Elaeis quineensis) tidak terlepas dari berbagai gangguan, salah satunya adalah gangguan hama. Hama mampu merusak tanaman kelapa sawit mulai dari tahap pembibitan hingga tanaman menghasilkan, sehingga mengakibatkan bertambahnya biaya pemeliharaan dan produksi yang harus dikeluarkan untuk memulihkan kondisi tanaman. Salah satu hama yang sering menyerang tanaman kelapa sawit adalah tikus (Rattus tiomanicus).
Dapat diketahui bahwa tikus merupakan hewan pengerat yang mampu merusak tanaman budidaya dalam waktu singkat dan dapat menimbulkan kehilangan hasil dalam jumlah besar. Menurut Nasution (2013), serangan tikus pada tanaman kelapa sawit tidak tergantung musim, namun ada kecenderungan bahwa serangan tikus akan lebih tinggi pada musim kemarau dibandingkan pada musim penghujan. Tingginya serangan tikus pada musim kemarau disebabkan oleh pada musim kemarau kebutuhan makan tikus meningkat sedangkan ketersediaan sumber makanan berkurang.
Pada tanaman belum menghasilkan, serangan tikus pada tanaman kelapa sawit yang baru ditanam dapat menyebabkan kematian 20-30 %, karena tikus menyerang pelepah hingga titik tumbuh tanaman (Madry, 1996). Dampak dari serangan ini adalah harus dilakukannya penanaman ulang yang memerlukan biaya tambahan untuk bibit dan tenaga kerja, serta menyebabkan tertundanya masa panen tanaman.
Pada tanaman menghasilkan serangan tikus dapat menyebabkan penurunan produksi, baik kualitas maupun kuantitas buah yang dihasilkan.
Menurut Rajagukguk (2014), tikus memakan bunga jantan serta tandan buah segar sehingga menurunkan produksi dan meningkatnya kandungan FFA (free fatty acid) atau menurunnya kualitas CPO (crude palm oil). Tikus berkembang biak dengan sangat cepat, karena tikus dapat kawin mulai umur 3 bulan dengan masa kebuntingan tikus betina kira-kira 3 minggu. Jumlah anak yang dihasilkan setiap kelahiran berkisar antara 4-12 ekor tergantung dari jenis dan keadaan makanan di lapangan. Induk betina siap dikawini lagi 2-3 hari setelah melahirkan. Kemampuan berkembang biak tikus yang cepat membuat populasinya di lahan kelapa sawit harus diwaspadai. Semakin tinggi populasi tikus dalam suatu lahan, maka semakin tinggi pula tingkat kerusakan dan kerugian yang akan ditimbulkan.
Adapun gejala serangannya pada tanaman Belum Menghasilkan (TBM) serangan tikus ditandai dengan adanya bekas keratan pada pangkal pelepah daun hingga titik tumbuh tanaman yang muda, yang mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan bahkan kematian pada tanaman. Pada Tanaman Menghasilkan (TM), tikus memakan buah, bunga, dan pucuk tanaman sehingga menyebabkan kehilangan hasil baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
Adapun pengendalian dari serangan hama tikus ini dapat Pengaturan jarak tanam, bertujuan agar tajuk kelapa sawit tidak saling bersentuhan antara pohon yang satu dengan pohon yang lain, sehingga dapat menghambat pergerakan tikus antar pohon, Menjaga kebersihan kebun dari tumpukan daun-daun tua kelapa sawit, serta mengelola gulma dengan baik. Membuang/memotong bunga jantan (melakukan kastrasi) dan membersihkan ketiak pelepah, Memasang perangkap/jebakan tikus, membuat penghalang (barier) berupa seng atau aluminium pada tanaman muda, pengemposan serta melakukan gropyokan, Menggunakan predator tikus, seperti burung hantu, ular, anjing dan kucing, Kimiawi Penggunaan rodentisida berbahan brodifakum 0,05% dan fumigasi menggunakan belerang.
Itulah cara pengendalian dari serangan hama tikus.
sumber: pertanian.go.id
Jur: Ningrum