sawitsetara.co – ROKAN HILIR – Berbagai langkah terus dilakukan untuk mendorong swasembada pangan diantaranya melalui tumpang sari sawit – padi (gogo) yang dilakukan di program peremajaan sawit rakyat (PSR). Hal itulah yang dilakukan Direktorat Jenderal (Ditjen) Perkebunan, Kementerian Pertanian dengan menggandeng Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO) dan sudah dilakukan di beberapa daerah. Tumpang sari sawit – padi (gogo) kali ini dilakukan di Rokan Hilir, Provinsi Riau.
Menurut Direktur Perbenihan Perkebunan Kementerian Pertanian (Kementan), Ebi Rulianti, program PSR ini penting karena tidak hanya semata-mata mengganti tanaman tua dengan tanaman muda dengan benih mutu bersertifikat, tapi juga dapat mendorong swasembada pangan.
“Kita ingin PSR ini tidak hanya meningkatkan produksi dengan menggunakan benih unggul bersertifikat, tapi juga dapat mendorong swasembada pangan melalui tumpang sari sawit – padi (gogo),” jelas Ebi.
Ditempat yang sama Ketua DPD APKASINDO Rokan Hilir, Ir. Tommy Efo Sihombing, mengucapkan terimakasih atas terpilihnya Rokan Hilir menjadi lokasi tanam padi gogo serentak se-Indonesia.
“Petani sawit APKASINDO Rokan Hilir mendukung baik program pemerintah yakni ketahanan pangan dengan penanaman padi gogo. Adapun untuk calon petani calon lahan (CPCL) penanaman padi gogo periode tanam bulan Januari ini seluas 150 hektar. Selanjutnya kita tetap mendukung dengan adanya penambahan areal lahan yang akan diajukan CPCL padi gogo,” ungkap Tommy.
Dalam penanaman tumpang sari sawit – padi (gogo) ini juga dilakukan pemberian santunan kepada anak yatim piatu sebanyak 25 orang yg ada di sekitar kebun petani lokasi tanam padi gogo.
Sebelumnya, Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman mengatakan, upaya ini merupakan bagian dari agenda besar Presiden Prabowo Subianto untuk mewujudkan swasembada pangan yang lebih cepat dengan mengoptimalkan lahan yang ada.
Plt. Direktur Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian (Kementan) Heru Tri Widarto pun menyampaikan, target nasional padi gogo seluas 890 ribu hektar dengan lahan efektif yang dapat ditanami (Intercropping) seluas 535 ribu hektar.
“Dengan lahan yang tersedia ini, dapat dioptimalkan dengan baik untuk mencapai target bahkan melebihi target, karena potensi lahan masih memungkinkan,” ujar Heru. (yin)