sawitsetara.co – JAKARTA – Untuk memenuhi kebutuhan pangan nasional yang semakin bertambah, industri pertanian harus semakin berinovasi, khususnya mengenai pupuk. Dalam semangat inovasi, menjaga alam dan hasil yang efektif, Indonesia ternyata menjadi yang perta menciptakan pupuk batubara dengan teknologi aktivasi unsur hara.
Hal ini dijelaskan secara langsung oleh Prof. Saputra sebagai peneliti yang pernah menjadi dosen di IPB dan peneliti di Sinar Mas dan telah mengantongi hak cipta global terhadap pupuk bertekbologi aktivasi unsur hara di batubara, yang lebih dikenal sebagai pupuk Futura.
Saputra menjelaskan mengenai permasalahan yang terjadi terkait pertanian di Indonesia. Ia menegaskan bahwa umur pertanian di dunia Indonesia hanya tersisa 60 tahun lagi karena adanya degradasi lahan.
Karenanya seluruh dunia berlomba menemukan pupuk terbaik yang bisa merejunivasi lahan atau tanah sembari memaksimalkan hasil pangan, untuk keefektifan lahan.
Saputra juga menjelaskan terkait degradasi lahan tersebut melalui sebuah perumpaan pohon jeruk.
Pohon jeruk memiliki beberapa kandungan di dalamnya dan terdapat 26 unsur hara yang kita ambil dari tanah dan seharusnya dapat kita kembalikan kepada tanah juga. Hilangnya unsur hara tersebut akibat apa yang kita panen dan apa yang kita berikan kepada tanah tidak sebanding. Misalnya yang kita panen telah kita 26 unsur hara dari tanah namun kita berikan 23 unsur yang telah hilang dari tanah.
Dari kesimpulan perumpamaan oleh Saputra tersebut bahwa unsur-unsur tanah yang hilang di dalamnya yakni unsur nitrogen yang hilang sebanyak 43%, unsur karbon 43%, fosfat 27% dan sulfur 33% dan hal ini wajar terjadi degradasi tanah pada era petani modern saat ini.
Menurut Saputra, unsur yang paling penting dan sering terjadi kekurangan dalam tanah adalah unsur karbon. Hal ini telah dibuktikan berdasarkan konferensi tingkat tinggi Paris yang meminta setiap negara untuk memberikan karbon ke tanah 0,4%.
Selama ini pupuk yang banyak digunakan oleh petani di Indonesia adalah pupuk kompos, namun ternyata ada lebih banyak unsur yang dibutuhkan tanah salah satunya adalah karbon. Maka, biochar arang adalah alternatif perbaikan dari pupuk kompos.
Biochar arang memiliki material pada yang banyak mengandung karbon dimana pembuatannya melalui proses dekomposisi thermokimia bahan organik dalam lingkungan. Proses dekomposisi ini disebut pirolisis. Arang memiliki segudang manfaat yaitu dapat mempengaruhi kimia tanah, fisika tanah, biologi tanah, produksi dan kualitas panen.
Tak sampai disitu, ternyata ada perkembangan lainnya mengenai pupuk yang lebih berunggul lagi yaitu dengan pupuk pembentukan batubara.
Pupuk batubara terbentuk dan dapat disamakan dengan pupuk kompos dan biochar dan jauh lebih baik. Proses pembentukan batubara dimulai dari gambut (peat), sub-bituminous, bituminous, dan anthracite dimana proses ini berdasarkan adanya tekanan dan suhu.
Maka, hadirlah pupuk batura yaitu Pupuk Saputra Futura dimana hadirnya produk ini dilakukan dengan menggunakan prinsip teknologi aktivasi unsur hara.
Pupuk Futura telah terbukti keunggulann dengan baik untuk memperbaiki kesuburan tanah dan hak patennya telah diakui oleh negara lain. Bahkan, hingga hari ini, tercatat bahwa Amerika dan Afrika telah meminta ijin pembuatan pupuk ini untuk industri pertanian di masing-masing negara mereka.
Di Indonesia sendiri, saat ini pabrik Futura akan dibangun di provinsi Riau yang rencananya akan diresmikan pada Oktober 2023. Pabrik ini nantinya akan menjadi referensi bagi pabrik lainnya di seluruh dunia.
Pupuk Futura sendiri saat ini telah diedarkan di seluruh Indonesia, bahkan APKASINDO (Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia) melalui koperasi holding Kopsa Setara telah bekerjasama dengan Futura untuk mendistribusikan bagi petani kelapa sawit Indonesia.
Bagi petani yang ingin membeli atau bertanya lebih lanjut dapat menghubungi Kopsa Setara di website secara langsung atau dapat menulis kepada sawitsetara.co.
Jur: Kessya
Red : Maria Pandiangan