Sawitsetara.net, SURABAYA – Hantaman isu negatif ke kelapa sawit semakin bertubi, apalagi dengan semakin mahal nya harga pangan nasional. Karenanya, sebagai langkah mendasar, Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) menggalakan kegiatan untuk mengedukasi kebaikan sawit sedari dini, dari bangku sekolah.
Untuk menanamkan informasi yang benar tentang kelapa sawit, BPDPKS mengadakan rangkaian kegiatan workshop edukasi yaitu “Palm Oil Edu Talk – Kupas Tuntas Mitos Dan Fakta Tentang Kelapa Sawit”.
Kegiatan ini telah berlangsung sejak tahun 2021 yang dimulai di Provinsi Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah. Tahun ini, giat ini dimulai dengan Provinsi Jawa Timur, bertempat di kota Surabaya, pada tanggal 18 Maret 2022 yang mengundang guru secara luring dan siswa/I SMU/SMK secara daring, dari berbagai kabupaten di Jawa Timur.
Membuka workshop ini di Surabaya, Ketua PGRI Provinsi Jawa Timur Drs. H. Teguh Sumarno, dan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur Dr. Ir. Wahid Wahyudi, MT. Dalam sambutannya, Dr. Ir. Wahyudi menjelaskan bahwa sawit adalah komoditi strategis nasional dan karenanya harus di dukung semua pihak, khususnya generasi muda. “Sawit itu tanaman strategis nasional, sayangnya banyak yang gak tau. Apalagi di Jawa Timur karena jarang ada kebun sawit. Makanya perlu diedukasi sejak dini”, jelasnya.
Acara Ini dibuat menjadi tiga sesi agar peserta yang hadir dapat lebih memahami dengan baik dalam waktu yang singkat. Dalam sesi pertama, sebagai sesi edukatif, BPDPKS menghadirkan narasumber dari berbagai aspek yakni perusahaan sawit, petani dan pengelola energi sawit.
Mewakili perusahaan sawit ada Donni Indra selaku Corporate Social Responsibility (CSR) Officer PT Sinarmas Agribusiness & Food yang memperkenalkan tentang sawit, bagaimana sawit di proses dan penggunaannya pada produk yang digunakan 24 jam dalam kehidupan sehari-hari.
Doni menjelaskan dengan rinci bagaimana masyarakat menggunakan produk sawit dari bangun sampai tidur lagi, seperti sarapan, bensin, handbody, sabun, kopi, es krim dan pakaian itu semua ada bahan sawit nya. “Apalagi untuk ibu-ibu atau putri pakai kosmetik semua termasuk unsur sawit. Jadi kalau masih ada yang mengatakan tidak suka dengan sawit bapak ibu bisa bilang, ya udah jangan makan gorengan jangan mandi pakai sabun, shampoo karena itu semua ada unsur sawitnya“, jelas nya.
Melanjutkan penjelasan hulu dari sisi petani ada Goldameir Mektania, Kepala Divisi Komunikasi Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO) yang menjelaskan betapa sawit membuat petani sawit sejahtera.
Goldameir menjelaskan bahwa penjualan buah sawit yakni Tandan Buah Segar (TBS) yang harganya terus meningkat, telah berhasil membuat banyak anak petani bersekolah tinggi. Bahkan banyak kota kecil di Indonesia yang berkembang karena banyak petani sawit di area tersebut.
Karenanya, jika kita memojokan sawit, berarti memojokan petani dan memutus sumber kehidupan petani sawit. Sebagai petani sawit generasi kedua, Goldameir merasa geram dengan kampanye negatif yang kerap mempengaruhi penjualan harga TBS petani.
“Dengan adanya komoditas berkah ini, yuk kita lawan dan kita sadarkan teman teman yang belum berterimakasih dengan sawit yang menghidupi kita dari bangun tidur sampai tidur lagi. Sikap netijen yang gak sadar faedah sawit ini, bikin kita petani sawit milenial makin semangat ngasi tau ke semua orang apalagi ke adik adik sekolah disini,”kata Goldameir.
Menutup sesi pertama dari sisi penggunaan sawit sebagai sumber energi terbarukan ada Irma Rachmania, Ketua Bidang Marketing dan Pemasaran Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (APROBI) yang menjelaskan bahwa kelapa sawit memiliki potensi besar untuk jadi sumber energi terbarukan melalui biofuel seperti B30, B40 bahkan B50 dan juga aftur. “Kalau Indonesia bisa produksi energi dari sawit, kita bisa menghemat impor energi dari luar jadi pasti harga barang di Indonesia bisa tetap terjangkau dan petani sawit bisa dapat harga TBS yang bagus,” jelas Irma.
Dalam sesi kedua peserta juga berkesempatan melakukan praktek langsung bagaimana membuat coklat menggunakan bahan sawit, sehingga mereka dapat merasakan pengalaman langsung dari materi yang disampaikan dan bahkan inspirasi untuk membuat usaha kecil atau menengah menggunakan bahan turunan sawit.
Seiring berjalan waktu di sesi akhir workshop, baik guru maupun siswa siswi yang hadir sangat antusias untuk bertanya bagaimana sawit bisa menjadi baik dimata publik dan apa saja yang disiapkan untuk mendapatkan beasiswa sawit dengan tujuan untuk melatih sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Bahkan beberapa guru menawarkan lahan kosong di sekitar sekolah mereka untuk ditanami sawit sebagai percontohan bagi sekolah lain di jawa timur.
Melalui kegiatan ini, BPDPKS berharap agar generasi muda Jawa Timur dan Indonesia dapat mengkoreksi persepsi mereka tentang dampak kelapa sawit dan mendukung industri sawit khususnya melalui media sosial.
Jur: Devi Daulay/ Red: Maria Pandiangan