sawitsetera – JAKARTA – Dalam diskusi yang bertajuk Paparan Pembangunan Indonesia 2025: Harapan dan Tantangan, Wakil Ketua DPR RI, Sufmi Dasco Ahmad menganalisis ada sejumlah pihak yang tidak suka dengan kebijakan Presiden Prabowo termasuk hilirisasi.
“Belum juga 100 hari, sudah banyak gangguan. Memang skalanya kecil, tapi lumayan mengganggu,” kata Dasco.
Lebih lanjut, Dasco pun mengatakan, bahwa adanya gangguan dirasakan dari kepentingan asing yang cukup terganggu dengan kebijakan hilirisasi pemerintah.
“Disini kita sudah lihat bahwa kepentingan asing di sini sangat besar, mereka tampaknya tidak happy apabila hilirisasi berjalan baik,” jelas Dasco.
Namun, dirinya optimistis bahwa dukungan dan kerja sama semua pihak, kebijakan pro-rakyat yang digagas Presiden Prabowo dapat terlaksana dengan baik, meski menghadapi tantangan baik dari dalam maupun luar negeri.
Karena itulah, Dasco mengajak seluruh elemen masyarakat mendukung dan mengawal kebijakan-kebijakan pemerintah yang bertujuan untuk kepentingan rakyat.
Sebelumnya dalam laman presidenri.go.id, Presiden Prabowo Subianto menyoroti pentingnya swasembada pangan dan energi di tengah situasi global yang tidak menentu. Selain itu, Presiden turut menginstruksikan kementerian terkait untuk segera merumuskan program hilirisasi 26 komoditas utama yang harus dikejar dalam waktu dekat.
“26 komoditas proyek-proyek yang vital dalam 26 komoditas tersebut yang harus dihilirisasi segera dirumuskan, bikin daftar, dan kita segera untuk mencari dana sehingga kita bisa mulai hilirisasi dengan waktu yang sesingkat-singkatnya,” ungkap Presiden.
Menanggapi statmen tersebut, salah satu komodias yang didorong menuju hilirisasi yakni sawit. Bahkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045 disebutkan hilirisasi untuk memacu pertumbuhan ekonomi nasional ke level 6-8 persen. Sebagai salah satu upayanya, Pemerintah menetapkan kebijakan pengembangan 10 industri prioritas, di antaranya bagi industri agro.
Pengembangan tersebut antara lain dilakukan melalui strategi hilirisasi yang ditujukan untuk memperdalam struktur industri dari hulu ke hilir, serta didasarkan pada ketersediaan sumber daya alam yang melimpah. Salah satu komoditas yang berhasil dioptimalkan potensi ekonominya melalui hilirisasi adalah kelapa sawit. Pada komoditas kelapa sawit, perkembangan jumlah/jenis produk turunan yang dapat dihasilkan oleh industri dalam negeri meningkat dari 48 jenis di tahun 2011, menjadi sekitar 200 jenis di tahun 2024.
“Hal ini tentunya meningkatkan kompleksitas produk nasional secara signifikan. Di samping itu, Indonesia juga tercatat sebagai negara pertama yang mengimplementasikan B30 di dunia, dan akan terus kita tingkatkan menjadi B40, bahkan kita harapkan dapat mencapai B100 di masa yang akan datang,” Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita. (yin)